PM Rutte juga tampak berusaha membuat mejanya terlihat rapi dan bersih.
Tak lama kemudian, Presiden Jokowi dan Presiden Biden memasuki ruangan KTT.
Presiden Biden sempat tersenyum bertepuk tangan kecil menyaksikan rekan-rekan kepala negaranya sudah siap di meja masing-masing.
Saat berpidato pada Sesi I KTT G20 Presiden Jokowi menegaskan bahwa paradigma dan semangat kolaborasi sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan dunia.
Menurut Presiden dunia sedang mengalami tantangan yang luar biasa akibat berbagai krisis, mulai dari pandemi Covid-19, rivalitas yang menajam, hingga perang yang terjadi.
Berbagai krisis itu berdampak terhadap ketahanan pangan, energi, dan keuangan yang sangat dirasakan dunia, terutama negara berkembang.
"Kita tidak punya pilihan lain. Paradigma kolaborasi sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan dunia. Kita semua memiliki tanggung jawab, tidak hanya untuk masyarakat kita, tetapi juga untuk semua orang di dunia," ujar Jokowi.
Baca juga: Berharap Presidensi G20 Indonesia Atasi Krisis Geopolitik Global
Dia menegaskan bahwa bertanggung jawab berarti menghormati hukum internasional dan prinsip-prinsip Piagam PBB secara konsisten. Bertanggung jawab juga berarti menciptakan situasi win-win, bukan zero-sum.
"Bertanggung jawab di sini juga berarti kita harus mengakhiri perang. Jika perang tidak berakhir, akan sulit bagi dunia untuk bergerak maju. Jika perang tidak berakhir, akan sulit bagi kita untuk bertanggung jawab atas masa depan generasi sekarang dan mendatang," jelas Jokowi.
"Kita seharusnya tidak membagi dunia menjadi beberapa bagian. Kita tidak boleh membiarkan dunia jatuh ke dalam perang dingin lainnya," tegasnya.
Lebih lanjut, Kepala Negara menyebutkan Indonesia memiliki 17.000 pulau, 1.300 suku bangsa, serta lebih dari 700 bahasa daerah.
Demokrasi di Indonesia berjalan dari pemilihan kepala desa pada tataran tingkat desa hingga ke pemilihan presiden.
Baca juga: Ganjil Genap di KTT G20 Bali Bersifat Fleksibel
Untuk itu, Presiden mendorong agar G20 memiliki semangat dialog yang sama untuk menjembatani perbedaan.
"Sebagai negara demokrasi, Indonesia sangat menyadari pentingnya dialog untuk mempertemukan perbedaan, dan semangat yang sama harus ditunjukkan G20," tambah Jokowi.
Pada KTT Sesi II, kepala negara G20 membahas isu-isu kesehatan. Presiden Jokowi kembali memberikan pidato pengantar.
Presiden mengatakan, dunia tidak boleh lengah meski kini makin pulih dari pandemi Covid-19.
Pasalnya, darurat kesehatan berikutnya dapat muncul kapan saja. Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo mendorong G20 untuk mengambil langkah nyata dan segera agar dunia lebih siap sehingga bisa menyelamatkan nyawa dan ekonomi dunia.
"G20 harus mengambil langkah nyata dan segera. Pertama, arsitektur kesehatan global harus diperkuat. Kita perlu WHO yang lebih kuat dan bertaring. Solidaritas dan keadilan harus jadi roh arsitektur kesehatan global," ujar Jokowi.
Terkait hal tersebut, G20 telah berhasil membentuk pandemic fund.
Menurut Presiden, inisiatif tersebut harus diikuti penambahan kontribusi pendanaan agar berfungsi secara optimal.
"Saya mengajak semua pihak berkontribusi, Indonesia telah memberikan komitmen 50 juta dollar. G20 juga harus ikut mengawal proses pembentukan Traktat Pandemi. Ini penting untuk memperkuat kesiapsiagaan di tingkat nasional, kawasan, dan global," jelas Jokowi.
Baca juga: Macron Serukan Pembahasan Rudal Rusia Hantam Polandia di KTT G20
Kedua, Presiden mendorong agar negara berkembang diberdayakan sebagai bagian dari solusi. Menurutnya, kesenjangan kapasitas kesehatan tidak dapat dibiarkan dan negara berkembang perlu kemitraan yang memberdayakan.
Negara berkembang juga harus menjadi bagian rantai pasok kesehatan global, termasuk pusat manufaktur dan riset.
"Ini hanya bisa terjadi jika investasi industri kesehatan ditingkatkan, kerja sama riset dan transfer teknologi diperkuat, dan akses bahan baku produksi untuk negara berkembang diperluas," kata Jokowi.
Selain itu, TRIPS Waiver harus diperluas pada semua solusi kesehatan termasuk diagnostik dan terapeutik. WHO juga harus merealisasikan komitmennya terkait _hubs_ dan _spokes_ solusi kesehatan," lanjut kepala negara.
Presiden pun menegaskan bahwa dunia tidak boleh mengulang kesalahan saat pandemi Covid-19.
Menurutnya, pandemi Covid-19 adalah pelajaran berharga untuk menyiapkan dunia dari darurat kesehatan global.
"Never again harus menjadi mantra kita bersama. Saya menantikan pandangan dan kontribusi Yang Mulia bagi penguatan arsitektur kesehatan dunia," ujarnya.
Sama halnya dengan KTT Sesi I, sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju tampak mendampingi Jokowi di KTT Sesi II.
Mereka yakni Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Pelaksanaan KTT G20 juga diwarnai dengan jamuan makan siang dan makan malam.
Pada Selasa siang, Presiden Jokowi juga menjamu para kepala negara G20 dan undangan di Bamboo Dome, Apurva Kempinski, Nusa Dua.
Indonesia sebagai tuan rumah menyajikan menu Nusantara termasuk berbagai macam menu untuk vegetarian.