Sewaktu pemerintah perjuangan tahun 1948 mengambil kebijaksanaan tentang Civil Aviation yang cenderung bergantung saja kepada American-Indonesian Corporation dan banyak memberi konsesi kepada pihak asing, dengan tegas dan berani Wiweko Soepono menentangnya.
Menurut dia, perhubungan udara begitu penting bagi satu Negara yang merdeka, terutama dalam bidang politik, strategi, dan perkembangan ekonomi bangsa.
Dia memiliki keyakinan yang sangat besar, bahwa Indonesia sebagai bangsa pasti memiliki kemampuan yang cukup dan tidak kalah dari bangsa lain dalam mengelola sistem dari perhubungan udara nasionalnya.
Wiweko Soepono, tidak hanya berani untuk berbeda dalam visi, dia juga memang pandai dalam menyusun suatu konsep.
Salah satu contoh, pada satu saat, bersamaan dengan protesnya dalam penyelenggaraan perhubungan udara nasional, Wiweko menyertakan juga di dalamnya satu konsep usulan tentang pembentukan sebuah Skadron Transport sebagai unsur operasi penerbangan perintis di tanah air.
Di awal kemerdekaan Republik Indonesia, dia pulalah yang kemudian merealisasikan usulan tersebut dengan mendirikan Djawatan Angkutan Udara Militer atau DAUM.
Secara teratur DAUM terbang menjalankan misi kenegaraan, seperti membawa pejabat militer dan sipil dalam menjangkau wilayah tanah air yang saat itu masih banyak yang terisolasi.
Pandangan dan sikapnya ini merupakan refleksi dari penilaian tentang begitu pentingnya perhubungan udara di Indonesia yang diyakininya akan menentukan kemampuan bangsa dalam mengelola perhubungan udara nasional dalam satu Air Integrity, satu kesatuan wilayah udara nasional.
Kini telah menjadi satu realita dari pemahaman bahwa sarana Angkutan Udara Nasional dalam konteks perhubungan udara yang terintegrasi akan sangat menentukan utuhnya Negara Indonesia sebagai satu Negara Kesatuan yang sekaligus akan banyak membantu perjalanan bangsa menuju kesejahteraan masayarakat.
Kita mengenal Maskapai sang pembawa bendera merah putih, Garuda Indonesian Airways. Di tangan Garuda inilah kehormatan dan kebanggaan serta promosi bangsa Indonesia di panggung global dalam penyelenggaraan angkutan udara dipertaruhkan.
Garuda Indonesia pernah dipimpin oleh seorang Pilot kawakan bernama Wiweko, penerbang Asia pertama yang pernah menembus samudra pasifik (dari Oakland, AS ke Jakarta) seorang diri dengan pesawat terbang.
Itu sebabnya, sebagai pimpinan maskapai dia mampu berorientasi kepada bidang penerbangan secara total. Sebagai Pilot, dia tahu ketika membeli banyak pesawat, maka perlu mempersiapkan sumber daya manusianya.
Wiweko menganalisis dan membahas tuntas dalam hal memilih pesawat terbang yang cocok untuk digunakan di Negara kepulauan bersama dengan pabrik pesawat kenamaan di dunia.
Ia juga merancang disain kokpit pesawat yang sangat spektakuler sepanjang sejarah. Wiweko telah mengubah awak kokpit menjadi hanya dua orang saja. (two men forward facing crew cockpit). Keberhasilan ini dinilai sangat fenomenal.
Yang sangat mengagumkan adalah, konon pihak Airbus ingin menggunakan nama Wiweko sebagai “hak paten” dari penemuan ini, dan ditolak secara halus oleh Wiweko.