Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Gangguan Ginjal Akut, Komisi IX Minta Kemenkes Libatkan BPOM

Kompas.com - 13/10/2022, 13:35 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Kurniasih Mufidayati meminta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melibatkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam menyelidiki kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak-anak.

Ia menilai, keterlibatan BPOM diperlukan, utamanya jika ada dugaan penyebab kasus gangguan ginjal akut ini adalah obat-obatan.

Baca juga: IDAI Ungkap 5 Gejala Gagal Ginjal Akut Misterius pada Anak, Apa Saja?

Adapun tim yang dibentuk Kemenkes terdiri dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan dan Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM).

"Kasus gagal ginjal akut di anak yang masih misterius harus jadi perhatian serius. Jika sudah dibentuk gugus tugas bersama antara Kemenkes dan IDAI dan RSCM, perlu melibatkan BPOM jika dugaan penyebabnya karena obat-obatan," kata Kurniasih saat dihubungi Kompas.com, Kamis (13/10/2022).

Kurniasih menuturkan, BPOM dilibatkan untuk memastikan amannya semua peredaran obat. Berkaca dari kasus gagal ginjal pada anak di Gambia, penyebabnya adalah obat batuk dari India yang mengandung etilen glikol.

Etilen glikol adalah senyawa organik tak berwarna maupun berbau, dan berkonsistensi kental seperti sirup pada suhu kamar. Senyawa ini memiliki rasa yang manis dan kerap digunakan untuk tambahan serat pada polyester, minyak rem, kosmetik, dan pelumas.

"Perlu melibatkan BPOM guna memastikan semua peredaan obat, terutama yang berasal dari India. Sebab banyak bahan baku obat saat ini diproduksi di India," ucap Kurniasih.

Ia menyampaikan, gugus tugas perlu melibatkan dan mendorong BPOM untuk memeriksa kembali atas kandungan obat untuk anak yang diduga menjadi pemicu gangguan ginjal akut pada anak, termasuk obat-obatan anak yang dijual bebas.

Baca juga: Ratusan Anak Idap Gangguan Ginjal Akut Misterius, Penyebabnya Belum Diketahui

Setelah itu, gugus tugas perlu meng-update perkembangan, baik dari penelitian yang dilakukan di Indonesia maupun hasil koordinasi dengan WHO. Tak hanya itu, Kemenkes juga diminta memberikan peringatan dan perhatian kepada orang tua.

"Selalu berikan peringatan kepada orang tua untuk membawa anak ke dokter atau fayankes (fasilitas pelayanan kesehatan) terdekat sehingga obat-obatan yang diberikan atas resep dokter. Sementara hindari pembelian obat secara daring yang tidak sesuai aturan atau tanpa petunjuk dari tenaga medis/dokter," jelas Kurniasih.

Diberitakan sebelumnya, sebanyak 131 anak terserang gangguan ginjal akut misterius atau gangguan ginjal akut atipikal sejak Januari 2022. Kemudian belakangan, makin banyak anak-anak yang menderita kasus serupa.

Fenomena ini membuat IDAI segera melakukan penelitian. Sebab gejala yang timbul pada pasien tidak seperti gejala gangguan ginjal akut pada umumnya.

Umumnya gangguan ginjal akut merupakan efek lanjut dari kekurangan/kehilangan cairan dalam waktu singkat pada anak-anak.

Baca juga: Menkes: Kasus Gagal Ginjal Akut Anak Sedang Diteliti RSCM, Hasilnya Segera Dirilis

Anak-anak bisa kekurangan cairan karena diare, dehidrasi, pendarahan hebat, atau sebelumnya menderita demam berdarah.

Namun, anak-anak ini hanya menderita batuk, pilek, demam, hingga muntah. Selang 3-5 hari, air seni yang dikeluarkan penderita menjadi sedikit atau bahkan tidak ada air seni.

Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI Eka Laksmi Hidayati menjelaskan, IDAI awalnya menduga kasus ini berkaitan dengan MIS-C (Multisystem Inflammatory Syndrome in Children) yang merupakan efek dari infeksi Covid-19 pada anak.

Namun berdasarkan analisis kasus, beberapa penderita penyakit ini dinyatakan negatif Covid-19.

"Tetapi kami melihat bahwa (131) anak-anak ini dalam wawancara dengan orang tua mengenai riwayat penyakitnya itu tidak jelas. Tiba-tiba mereka mengalami penurunan jumlah urine atau air seni. Jadi itu kita masih belum bisa mendapatkan apa penyebabnya," tutur Eka, Selasa (10/10/2022).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com