Namun, digitalisasi diklat membutuhkan langkah-langkah yang harus dilakukan secara disiplin menghindari berbagai kesalahan.
Jika salah langkah, maka bisa berakibat fatal. Misalnya, biaya tinggi alias high cost atau target diklat meleset dari tujuan semula.
Digitalisasi pelatihan membutuhkan pemahaman jernih terhadap berbagai langkah agar tak salah dalam merancang dan mengimpelementasikannya.
Langkah tepat dalam digitalisasi diklat memengaruhi kemampuan dalam mengidentifikasi kebutuhan pelatihan bagi aparat, perancangan dan pengembangan program, implementasi, dan evaluasi diklat.
Terdapat lima langkah dalam digitalisasi program diklat. Langkah pertama, mengidentifikasi tujuan dan target manajerial yang harus dicapai melalui digitalisasi diklat.
Dalam langkah awal ini dikaji permasalahan organisasi untuk memastikan bahwa digitalisasi diklat merupakan kebutuhan yang urgen alias sangat mendesak.
Pada langkah awal tersebut, semua unsur dari setiap lembaga mulai dari pimpinan hingga level terbawah harus terlibat aktif (full engagement).
Keterlibatan aktif semua pihak memungkinkan terjadinya sharing knowledge and experience sehingga diperoleh informasi utuh. Pengabaian salah satu unsur menyebabkan rencana digitalisasi tak dapat disepakati secara bulat.
Selanjutnya, langkah kedua adalah menemukan partner alias mitra kerja yang tepat sebagai vendor.
Selain bertujuan efisiensi, fungsi mitra untuk memastikan agar digitalisasi berada di jalur yang benar. Jangan sampai digitalisasi diklat menyisakan berbagai masalah lebih rumit dan beban akibat kesalahan yang lebih berat.
Mitra yang tepat akan dapat mengarahkan organisasi merumuskan platform digital yang tepat pula. Di samping itu, organisasi juga dapat merumuskan model dan sistem pembelajaran lebih efektif sesuai kondisi internal dan rekomendasi yang dirumuskan oleh vendor.
Langkah ketiga dalam digitalisasi diklat adalah menyusun perencanaan secara rinci sesuai tujuan dan target yang telah ditetapkan. Perencanaan menggunakan perhitungan berbasis data kuantitatif berbentuk angka sehingga dapat diukur (measurable).
Perencanaan berbasis data kuantitatif dapat berupa, misalnya, perhitungan return on investment (ROI) dari biaya yang dikeluarkan untuk digitalisasi.
Hasil perhitungan ROI akan menunjukkan secara konkret untung-rugi (costs-benefit) yang diperoleh. Rencana matang dapat menghindarkan kerugian material maupun non-material akibat timbulnya risiko digitalisasi.
Sedangkan langkah keempat adalah meyakinkan semua stakeholders menyetujui gagasan digitalisasi. Langkah ini perlu dilakukan karena digitalisasi diklat membutuhkan anggaran sangat besar.