Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Perkembangan Terbaru Tragedi Kanjuruhan: "Barangnya Kelihatan Semua" hingga Potensi Pelanggaran HAM Berat

Kompas.com - 06/10/2022, 06:26 WIB
Vitorio Mantalean,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, yang pecah pada Sabtu (1/10/2022) masih menanti pertanggungjawaban negara.

Tragedi terbesar kedua sepanjang sejarah olahraga di stadion ini berujung pada sebanyak 131 orang tewas.

Berdasarkan data Kementerian PPPA, dari total yang meninggal, 33 di antaranya merupakan anak-anak berusia 4-17 tahun.

Jatuhnya korban jiwa diakibatkan oleh tembakan gas air mata yang dilontarkan polisi ke tribune penonton, membuat para suporter tunggang-langgang mencari selamat.

Mereka diduga dalam keadaan sesak napas dan berdesakan di pintu-pintu keluar stadion yang tak semuanya terbuka.

Berikut 5 temuan terbaru terkait Tragedi Kanjuruhan, dirangkum Kompas.com:

1. Satukan elemen suporter

Massa suporter berbagai klub sepak bola se-Pulau Jawa berkumpul di halaman parkir Stadion Mandala Krida, Kota Yogyakarta, Selasa (4/10/2022). Mereka menyepakati dan menyerukan perdamaian di sepak bola Indonesia.

Pertemuan diawali dengan shalat gaib dan doa bersama untuk para korban Tragedi Kanjuruhan.

Beberapa elemen suporter yang hadir antara lain, Brajamusti dan The Maident (Yogyakarta), Paserbumi (Bantul), Slemania dan BCS (Sleman), Pasoepati, Ultras, dan GK Samber Nyawa (Solo), Panser Biru dan Snex (Semarang), Aremania (Malang), Bonek (Surabaya), The Jakmania (Jakarta), serta Bobotoh dan Viking (Bandung).

2. Jokowi sebut "barangnya kelihatan semua"

Presiden RI Joko Widodo meminta pengungkapan Tragedi Kanjuruhan lebih cepat dari sebulan. Baginya, sudah banyak titik terang yang semestinya memudahkan Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) dalam bekerja.

"Kan sudah disampaikan Menko Polhukam, beliau minta satu bulan. Tapi, saya minta secepat-cepatnya, karena ini 'barangnya kelihatan semua'," kata Jokowi di Malang, Rabu (5/10/2022).

3. Temuan Komnas HAM perkuat dugaan maut akibat gas air mata

Komnas HAM mengaku telah memulai penyelidikan Tragedi Kanjuruhan, dengan mendatangi Malang sejak Senin (3/10/2022), mengunjungi titik-titik penting, menemui para pihak terlibat, dan menggali informasi soal keadaan jenazah.

Komisioner bidang penyelidikan dan pemantauan Komnas HAM, Choirul Anam, mencatat indikasi keterpaparan gas air mata dalam jumlah berlebih sebagai penyebab kematian lewat profil beberapa jenazah yang mereka himpun.

"Pertama adalah kondisi jenazahnya banyak yang mukanya biru. Jadi, muka biru ini banyak. Ini yang menunjukkan kemungkinan besar karena kekurangan oksigen karena juga gas air mata. Jadi muka biru, terus ada yang matanya merah, keluar juga busa," kata Anam melalui keterangan video kepada wartawan, Rabu (5/10/2022).

Profil para korban luka pun menguatkan dugaan keberadaan gas air mata di stadion.

Selain korban luka mengalami patah tulang rahang, kaki, dan memar di tubuh, Anam mengatakan, ada juga beberapa korban yang kondisi matanya memprihatinkan, bahkan masih mengalami sesak napas dan perih di pernapasan.

"Matanya sangat merah. Bahkan, kami bertemu dengan salah satu korban yang, itu peristiwanya hari Sabtu (1/10/2022), Senin (3/10/2022) bertemu kami, Senin baru bisa melihat. Matanya sakit kalau dibuka," tambah Anam.

4. Aremania turun ke lapangan untuk semangati pemain

Anam juga membantah narasi yang coba dikembangkan pihak tertentu bahwa turunnya suporter Arema ke lapangan jadi musabab kericuhan selepas laga yang berakhir 3-2 untuk kemenangan Persebaya.

"Kami, dengan beberapa Aremania, termasuk juga mengkroscek informasinya dengan para pemain. Mereka (suporter) merangsek itu memang mau memberikan semangat, berkomunikasi dengan pemain," kata Anam.

Hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi di Stadion Kanjuruhan, yang tak menghadirkan suporter Persebaya itu terkendali setelah laga. Hal tersebut selaras dengan informasi dari perangkat pertandingan yang menyebutnya terkendali selama sekian menit.

"Banyak pihak yang memberikan keterangan kepada kami itu (kericuhan) akibat gas air mata. Gas air mata lah yang membuat panik dan sebagainya sehingga ada terkonsentrasi di sana di beberapa titik pintu. Ada pintu yang terbuka sempit. Terus ada pintu yang tertutup. Itu lah yang membuat banyak jatuh korban," ujar Anam.

5. Kapolda Jatim perlu diusut dan dugaan pelanggaran HAM berat

Ketua Badan Pengurus Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI) Julius Ibrani menilai bahwa terdapat potensi Tragedi Kanjuruhan yang memenuhi unsur pelanggaran HAM berat. Hal tersebut sehubungan dengan upaya sistematis dari aparat bersenjata yang berujung pada jatuhnya korban secara masif.

Setelah itu pun, upaya sistematis untuk membungkam para saksi Tragedi Kanjuruhan terjadi, sebagaimana dikonfirmasi Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Malang. Kepada LBH Malang, para saksi itu mengakui bahwa para korban selamat kini sangat rentan atas teror dan intimidasi.

"Ada upaya membersihkan bukti-bukti. Negara harus turun, Presiden Joko Widodo harus turun, ada unsur pelanggaran HAM," kata Julius kata Julia dalam jumpa pers Koalisi Masyarakat Sipil untuk Reformasi Sektor Keamanan, Rabu (5/10/2022).

"Tinggal diidentifikasi apakah ada komando sehingga memenuhi unsur pelanggaran HAM berat. Konteks pelanggaran HAM kuat sekali, sehingga perlu diusut," imbuhnya.

Julius menilai, tembakan gas air mata yang dilontarkan aparat memenuhi unsur kesengajaan, ditembakkan dalam saat yang sama. Sehingga, patut diselidiki apakah terdapat komando di baliknya.

Peneliti Imparsial, Hussein Ahmad, menyoroti Kapolda Jawa Timur Nico Afinta yang memberi komentar tak lama setelah tragedi terjadi, bahwa penggunaan gas air mata sudah sesuai prosedur.

Nico dianggap patut diperiksa oleh TGIPF, terlebih Polda Jawa Timur yang membawahi Brimob yang ditugaskan di Stadion Kanjuruhan.

Sedangkan dalam kerusuhan ini, Polri telah mencopot Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat, sembilan anggota Brimob, dan 28 anggota polisi diklaim menjalani pemeriksaan. 

"Kapolda kan harus diperiksa itu. Brimob kan anak buah dia semua. Bagaimana mungkin anak buahnya brutal, komandannya bilang sesuai prosedur," kata Hussein dalam jumpa pers.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com