Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indonesian Insight Kompas
Kelindan arsip, data, analisis, dan peristiwa

Arsip Kompas berkelindan dengan olah data, analisis, dan atau peristiwa kenyataan hari ini membangun sebuah cerita. Masa lalu dan masa kini tak pernah benar-benar terputus. Ikhtiar Kompas.com menyongsong masa depan berbekal catatan hingga hari ini, termasuk dari kekayaan Arsip Kompas.

Sir Azyumardi Azra, Muazin Bangsa yang Tetap Berjarak dengan Kekuasaan

Kompas.com - 20/09/2022, 19:19 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Disertasinya tentang jaringan ulama Asia Tenggara abad ke-19 mendapat acungan jempol dari mendiang MC Ricklefs, sosok yang juga banyak mengupas Indonesia dan Islam.

Baca juga: Harapan Terakhir Azyumardi Azra, Polarisasi Politik Tidak Setajam Saat Ini

Pada 4 Maret 2022, Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, itu baru menapaki usia 67 tahun. Sebelumnya, para kolega Azra menuliskan beragam testimoni untuknya dalam buku Karsa untuk Bangsa: 66 Tahun Sir Azyumardi Azra, CBE.

Seperti dimuat di Kompas.id, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, dalam peluncuran buku tersebut secara daring pada Kamis (17/3/2022), menggambarkan Azyumardi sebagai cendekiawan muslim yang berintegritas dan selalu bersuara kritis.

Dapat disimak juga pada tautan video di atas pada minutasi 1:25:30, Azra pun tak sungkan mengkritik umat Islam. Dia menyebutkan bahwa orang Islam yang adalah mayoritas di Indonesia justru punya kecenderungan psikologis bermentalitas pecundang. 

Baca juga: Prabowo Kenang Azyumardi Azra sebagai Sosok Intelektual Islam

Menurut Azra, orang Islam di Indonesia juga kehilangan kosmopolitanisme. "Tidak berani untuk berargumen," sebut dia.

Sebagai muazin bangsa, Azyumardi disebut selalu menyuarakan kritiknya yang pedas. Namun, jika ada kekeliruan dalam kritik yang disuarakan pun, Azyumardi tak segan untuk mengoreksi pendapatnya.

”Saya yang duduk di pemerintahan merasa senang ada orang yang terus menyuarakan kritiknya. Kritik bukan untuk menarget seseorang secara personal, tetapi obyektif. Beliau adalah sosok intelektual yang berintegritas,” ujar Mahfud.

Isu korupsi dan pemerintahan yang koruptif ada di antara suara keras Azyumardi Azra, termasuk di rubrik opini harian Kompas. Pada 5 Desember 2011, misalnya, Azra menulis artikel berjudul Jera Korupsi.

Tangkap layar tulisan Azyumardi di harian Kompas edisi 5 Desember 2011 berjudul Jera Korupsi.ARSIP KOMPAS Tangkap layar tulisan Azyumardi di harian Kompas edisi 5 Desember 2011 berjudul Jera Korupsi.

Di situ, Azra menyatakan bahwa korupsi oleh pejabat publik tidak lepas dari sifat tamak dan hedonis. 

”Memandang terus berlanjutnya korupsi dalam skala mencemaskan di kalangan para pejabat publik, korupsi yang mereka lakukan tak lain karena kerakusan. Gaji dan berbagai insentif yang mereka terima sangat lebih daripada cukup. Karena itu, mereka korupsi karena ketamakan belaka, bukan karena ”kebutuhan”," tulis Azra.

Baca juga: Kenang Azyumardi Azra, Arsul Sani: Dua Pekan Lalu Almarhum Beri Masukan RKUHP

Karenanya, Azra berpendapat hukuman untuk koruptor pun seharusnya tidak konvensional. Di antara yang tidak konvensional itu, sebut dia, adalah ancaman hukuman mati, hukuman seumur hidup, penyitaan seluruh kekayaan, dan kewajiban melakukan pelayanan sosial. 

Pelayanan sosial yang dimaksud adalah diwajibkan melakukan kerja sosial tertentu, seperti membersihkan toilet umum, dalam jangka waktu tertentu. ”Kalau perlu, pakaian yang bersangkutan dilengkapi dengan tulisan ’koruptor’,” tulis Azra.

Pada 11 Januari 2018, Azra juga menulis artikel di harian Kompas, berjudul Politik Korup. Kali ini, dia menyuarakan keprihatinan tentang praktik korupsi oleh kepala daerah. Meski demikian, tulisan yang sama sejatinya relevan dengan perilaku koruptif di semua jenjang jabatan politik. 

”Keterlibatan donatur atau investor politik membuat proses politik rawan manipulasi. Tidak jarang investor politik menanam kaki di beberapa tempat; memberikan ’sumbangan’ kepada sejumlah pasangan calon. Hasilnya, pasangan mana pun yang menang, sang investor tetap mempunyai kaki dalam pemerintahan,” ungkap Azra.

Baca juga: Azyumardi Azra di Mata Anies Baswedan: Sederhana dalam Kepribadian, tapi Berwawasan Luas

Berjarak dengan kekuasaan

Pengkritik yang lalu berbalik menjadi bagian dari penguasa kemudian terdiam di dalam sistem yang pernah dikritiknya, bukanlah cerita baru.

Halaman:


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Nasional
Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Nasional
Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Nasional
TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

Nasional
Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Nasional
PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

Nasional
Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Nasional
Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Nasional
Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Nasional
PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

Nasional
Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Nasional
Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Nasional
Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Nasional
Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Nasional
Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com