Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Penguasaan Wilayah Udara Hubungannya dengan Visi dan Kecerdasan

Kompas.com - 15/09/2022, 09:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

WILAYAH Udara adalah masa depan kehidupan umat manusia, air and space adalah the future of Human Life.

Di sisi lain pengelolaan wilayah udara sangat berkait dengan irama kemajuan teknologi kedirgantaraan yang melaju sangat cepat.

Hal itu menyebabkan hanya mereka yang memiliki visi dan kecerdasan saja yang dapat melihat udara dan ruang angkasa atau dirgantara sebagai sesuatu yang sangat menjanjikan manfaat besar bagi kesejahteraan umat manusia sekaligus mengandung arti penting bagi keamanan nasional.

Sering kali disebut bahwa Air and Space contain enormous potential benefit as well as having important value for national security.

Amerika Serikat memiliki catatan kelam dalam mengelola wilayah udara kedaulatannya. Wilayah udara kedaulatan yang menjanjikan manfaat besar bagi kesejahteraan dan melekat langsung dengan masalah keamanan nasional.

Baca juga: Fatalnya Keputusan Presiden

Itu sebabnya AS mengalami “repeated surprise air attack” atau dua kali mengalami serangan mendadak melalui udara, yaitu saat serangan Jepang terhadap Pearl Harbor tahun 1941 dan Tragedi 9/11 pada 2001.

Padahal Amerika Serikat terkenal dengan kekuatan perangnya yang global vigilance, global reach, global power.

Agak berbeda dengan Amerika Serikat, Kerajaan Inggris sudah sejak awal abad ke 20 telah melihat wilayah udara sebagai wilayah yang menjanjikan bagi kesejahteraan sekaligus sangat penting bagi aspek keamanan nasional.

Angkatan Udara Inggris RAF adalah Angkatan Udara tertua di dunia yang berdiri sejajar dengan AD dan AL sebagai Angkatan Udara yang Well Established dan Well Organized, mapan dan terorganisasi dengan baik.

Inggris tidak merasa cukup sejak abad ke 15 dengan jargonnya Great Britain Rules the Waves, Inggris Britania yang menguasai samudera.

Inggris Raya memasuki abad 20 dengan mengembangkan penguasaan wilayah udara dengan membangun Angkatan Udara Kerajaan pada tahun 1918, hanya 15 tahun sejak pesawat terbang mengudara untuk pertama kalinya.

Itu sebabnya, maka pada tahun 1940, Jerman gagal dan kalah dalam perang udara saat ingin melakukan invasi untuk menduduki Inggris.

Perang udara yang terkenal dengan nama Battle of Britain itu telah menjadi satu satunya perang udara dalam catatan sejarah yang dimenangkan oleh pihak yang diserang atau bertahan.

RAF tahun 1940 telah mapan sebagai sebuah Angkatan Udara yang professional dan telah berhasil menerapkan penggunaan radar pertahanan udara dalam menata taktik dan strategi menghadapi serangan udara Luftwaffe Angkatan Udara Jerman.

Tidak itu saja, Inggris tahun 1940 -an telah berusaha keras menguasai wilayah udara di sekitaran kawasan teritori jajahannya di Singapura walau bukan merupakan miliknya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Nasional
TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

Nasional
Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Nasional
PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

Nasional
Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Nasional
Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Nasional
Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Nasional
PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

Nasional
Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Nasional
Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Nasional
Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Nasional
Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Nasional
Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Nasional
Nasdem: Anies 'Top Priority' Jadi Cagub DKI

Nasdem: Anies "Top Priority" Jadi Cagub DKI

Nasional
Sekjen PDI-P: Banyak Pengurus Ranting Minta Pertemuan Megawati-Jokowi Tak Terjadi

Sekjen PDI-P: Banyak Pengurus Ranting Minta Pertemuan Megawati-Jokowi Tak Terjadi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com