“Sesuai perintah Bapak KSAL, secepat mungkin kita akan melakukan evakuasi,” tegas dia.
Dwika juga mengatakan bahwa penyebab jatuhnya pesawat belum bisa diketahui. Penyebab itu baru bisa diketahui setelah pesawat ditemukan dan diangkat ke daratan untuk dilakukan investigasi.
“Penyebab kecelakaan pesawat itu masih kita dalami karena kita akan menurunkan tim investigasi setelah pesawat itu bisa ditemukan kemudian kita angkat,” katanya.
Dwika mengungkapkan, pesawat Bonanza yang jatuh telah bergabung ke dalam jajaran TNI AL sejak 2013.
Diketahui, sebelum jatuh pesawat Bonanza baru saja selesai menjalani pemeliharaan pada 22 Agustus 2022. Dengan demikian, pesawat tersebut pada saat jatuh dinilai masih dalam kondisi laik terbang.
Baca juga: Pesawat Latih Bonanza TNI AL yang Jatuh Didesain Tanpa Kursi Lontar
“(Pesawat) relatif masih sangat layak karena baru saja melaksanakan pemeliharaan pada 22 Agustus 2022,” ucap Dwika.
Dwika juga mengungkapkan bahwa pesawat Bonanza didesain tanpa kursi lontar. Mengingat, pesawat Bonanza tergolong sebagai pesawat transport atau pesawat ringan.
“Sehingga memang secara desain tidak dilengkapi kursi lontar,” kata Dwika.
Sementara itu, hasil investigasi jatuhnya pesawat Bonanza T-2503 diharapkan menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah dan TNI Angkatan Laut dalam tata kelola alat utama sistem persenjataan (alutsista).
Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menyebut tata kelola tersebut baik terkait pengadaan, penggunaan, pemeliharaan maupun pengembangan kapasitas sumber daya manusia (SDM) yang terlibat dalam pengelolaan alutsista.
Baca juga: Kronologi Jatuhnya Pesawat Latih TNI AL, Bermula dari Latihan Antiserangan Udara
“Sehingga bisa menjadi pembelajaran dan insiden serupa dapat diantisipasi agar tidak terulang,” kata Fahmi dalam keterangan tertulis.
Fahmi menyadari bahwa pembenahan tata kelola alutsista secara menyeluruh bukan sesuatu yang hasilnya bisa dirasakan dengan cepat.
Dalam tata kelola alutsista, kata dia, pemerintah dan TNI pada dasarnya tak bisa hanya bicara mengenai belanja alutsistanya saja.
Tetapi juga harus memperhatikan mengenai logistiknya, perawatan dan pemeliharaan alatnya, termasuk juga personelnya.
Menurutnya, perawatan berkaitan dengan kesiapan alutsista untuk tampil dan digunakan sewaktu-waktu.