Menurut Budi, tidak semua warga akan diberi vaksin cacar monyet. Hanya yang imunitasnya rendah yang akan divaksinasi.
Vaksin cacar monyet pun berlaku sekali seumur hidup, tak seperti vaksin Covid-19 yang disuntikkan setiap 6 bulan sekali.
"Ini karena lebih segmennya khusus kita keep untuk diberikan ke yang mungkin lebih memiliki kans kena lebih besar terutama yang imunitasnya rendah," ujarnya.
Budi mengatakan, cacar monyet menular lewat kontak fisik. Oleh karenanya, kata dia, pencegahannya jauh lebih mudah dibandingkan dengan virus corona.
Masyarakat dapat menghindari penularan dengan tidak melakukan kontak fisik ke penderita atau orang dengan gejala monkeypox.
"Dia (cacar monyet) hanya bisa menular secara fisik (kalau) sudah kelihatan bintik-bintik cacarnya dan cairannya," kata Budi.
Adapun kasus perdana cacar monyet di Indonesia ditemukan pada seorang WNI laki-laki berusia 27 tahun asal DKI Jakarta.
"Laki-laki ini baru pulang dari bepergian luar negeri yang termasuk dari 89 negara yang sudah melaporkan kasus cacar monyet saat ini,” kata Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril dalam konferensi pers, Sabtu (20/8/2022).
Baca juga: Epidemiolog: Vaksin Cacar Monyet Tidak Diprioritaskan untuk Lansia dan Ibu Hamil
Syahril menerangkan, pada 14 Agustus 2022 warga tersebut mengalami demam. Namun, dia tidak langsung berobat ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan.
Dua hari setelahnya, dia tidak hanya demam, tetapi mengalami gejala lesu dan ruam-ruam di sekitar tangan, kaki, dan organ genitalia, serta pembesaran kelenjar limfa.
Melihat gejala makin parah, warga itu datang ke rumah sakit. Petugas kesehatan setempat mencurigai gejala-gejala itu sebagai cacar monyet.
Lantas, 18 Agustus 2022 dilakukan tes PCR. Hasil PCR menyatakan bahwa warga tersebut positif cacar monyet.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.