JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPP PDI-P Djarot Saiful Hidayat menyatakan bahwa PDI-P tidak melihat survei sebagai patokan untuk mengusung calon presiden (capres) maupun calon wakil presiden (cawapres).
Hal tersebut disampaikannya ketika ditanya soal sejumlah hasil survei yang menunjukkan elektabilitas Ketua DPP PDI-P Puan Maharani lebih rendah daripada Gubernur Jawa Tengah sekaligus kader PDI-P Ganjar Pranowo.
"Survei itu bagi kita bukan menjadi patokan, survei itu sekadar pengetahuan bagi kita tapi bukan patokan," kata Djarot ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (25/7/2022).
Baca juga: PDI-P Sebut Tak Perlu Tim Khusus untuk Safari Politik Puan ke Parpol Lain
Djarot pun membeberkan alasan PDI-P enggan melihat survei sebagai patokan pengusungan capres-cawapres.
Pertama, dia menilai survei berjalan secara dinamis sehingga hasilnya pun akan berubah-ubah.
Namun, ia menyinggung soal kinerja kader yang berpotensi mendongkrak elektabilitas, salah satunya akan terekam dalam survei.
"Survei itu tergantung kita, bagaimana kerja-kerja politik kita, bagaimana kerja-kerja kader PDI-P. Dia bukan menjadi patokan, karena sifatnya sangat dinamis," kata mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Kendati begitu, Djarot mengaku tetap berterima kasih atas hasil survei yang menunjukkan elektabilitas PDI-P berada di posisi teratas.
Namun, dia mengingatkan pesan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri untuk tidak jumawa melihat hasil tersebut.
"Kita harus tetap turun ke bawah," ujar dia.
Baca juga: Soal Koalisi, Sekjen PDI-P: Harus Senapas, Tak Mungkin Campur Minyak dan Air
Berdasarkan catatan Kompas.com, elektabilitas Puan Maharani berada di papan tengah sejumlah hasil survei nasional.
Keadaan itu berbeda jika melihat elektabilitas sesama rekannya di PDI-P, yaitu Ganjar Pranowo.
Elektabilitas Ganjar bahkan belakangan berada di posisi teratas, salah satunya di hasil survei Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) yang dirilis pada Rabu (20/7/2022).
Hasilnya menunjukkan bahwa Ganjar Pranowo menempati posisi teratas sebagai capres pengganti Joko Widodo (Jokowi) pada periode 2024-2029.
"Siapakah yang menjadi presiden 2024 nantinya menggantikan Joko Wiidodo? Publik menilai Ganjar 26,69 persen, kemudian dilanjutkan Anies Baswedan 19,18 persen, Prabowo Subianto 11,18 persen," kata peneliti ARSC Bagus Balghi dalam paparannya secara daring, Rabu (20/7/2022).
Baca juga: Sambut Baik Niat Silaturahmi, Nasdem Siapkan Karpet Merah untuk Puan
Sementara itu, elektabilitas Puan ada di posisi sembilan dengan 1,70 persen responden.
Puan berada di bawah Erick Thohir yaitu 2,01 persen dan di atas Andika Perkasa 1 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.