Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tangis Hasto Pecah, Teringat Mimpi Megawati agar Bung Karno Diterima Sewajarnya...

Kompas.com - 07/06/2022, 10:00 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal DPP PDI-P Hasto Kristiyanto menangis terharu setelah dinyatakan lulus sidang dan meraih gelar doktor di Universitas Pertahanan, Bogor, Jawa Barat, Senin (6/6/2022).

Sembari terisak, Hasto menyatakan harapannya dari disertasi yang diangkat yaitu agar mimpi Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri terwujud.

Keinginan Megawati itu, kata Hasto, agar Presiden Pertama RI Soekarno atau akrab disapa Bung Karno diterima apa adanya oleh bangsa Indonesia.

"Penelitian ini kami persembahkan bagi Ibu Megawati Soekarnoputri. Sehingga mimpi Ibu, Bung Karno tidak hanya diterima apa adanya tetapi Bung Karno dengan pemikirannya akan selalu hidup dan menggerakkan Indonesia untuk menjadi pemimpin di antara bangsa-bangsa di dunia," kata Hasto di ruang sidang Universitas Pertahanan, Senin.

Baca juga: Nostalgia Pesan Soekarno: Bangsa Indonesia, Jangan Gontok-gontokan!

Kala itu, air mata Hasto tampak mengalir makin deras. Ia pun membuka masker dan kacamatanya hingga didekati putrinya yang kerap disapa Mbak Astri memberikan tisu.

Sebelum menyatakan hal itu, Hasto menceritakan suatu hal penting yang dialaminya bersama Megawati.

Kejadiannya, kata Hasto, sekitar tahun 2008 di pantai daerah Buleleng, Bali.

"Di pinggir pantai, suasananya enak, kontemplatif, saya bertanya kepada Ibu Mega. Apa mimpi Ibu Mega? Ini belum pernah saya ceritakan. Bu Mega diam sejenak lalu mengatakan kepada saya 'Mimpi saya adalah agar Bung Karno ini diterima sewajarnya di republik ini'," urai Hasto.

Baca juga: Canda Megawati kepada Hasto, Berkali-kali Minta Bocorkan Pertanyaan untuk Sidang Doktoral

Menurut dia, pernyataan itu luar biasa. Apalagi dari pengalaman hidup Megawati dinilai bagaikan falsafah Jawa cokro manggilingan (siklus kehidupan manusia Jawa ibarat roda berputar- red).

Hasto mengatakan, Megawati mengalami kehidupan yang berbeda pasca peristiwa politik lengsernya Bung Karno dari jabatan presiden.

"Jadi anak presiden, tinggal di istana kemudian akibat peristiwa politik yang tidak jelas kebenarannya sampai sekarang menjadi rakyat biasa, tidak membawa apa-apa. Bahkan Bung Karno tidak tahu berapa gajinya, di mana dana pensiunnya tidak tahu," ucapnya.

Akan tetapi, Mega disebut Hasto bahkan tidak memiliki dendam dengan Orde Baru yang dipimpin Presiden Kedua RI, Soeharto.

Menurut Hasto, Megawati lah yang justru meminta agar orang berhenti menghujat Soeharto, pasca reformasi yang melengserkannya.

"Tetapi dengan seluruh proses seperti itu, ketika reformasi Pak Harto jatuh semua menghujat Pak Harto, Ibu Mega mengatakan 'Stop hujat Pak Harto.' Dan Ibu Mega melakukan langkah rekonsiliasi nasional. Bahkan tidak ada dendam sedikitpun dari Ibu Mega," cerita Hasto.

Baca juga: Kisah Pengasingan Soekarno, Pohon Sukun di Ende, dan Lahirnya Gagasan Pancasila

Padahal, pada masa Orde Baru banyak penilaian bahwa Pemerintahan dibangun mengatasi krisis yang menyengsarakan rakyat.

Kemudian Hasto kembali bertanya, alasan Megawati melarang agar Soeharto jangan dihujat, padahal Megawati sendiri mengalami pengalaman tak mengenakkan ketika Bung Karno mendapat perlakuan tak adil.

"Ibu Mega mengatakan 'Saya tidak ingin seorang pemimpin dipuja ketika berkuasa dan dihujat ketika tidak berkuasa. Biar lah itu jadi pengalaman Bung Karno saja'. Menurut saya ini luar biasa," tambah Hasto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mutasi Polri, Brigjen Suyudi Ario Seto Jadi Kapolda Banten, Brigjen Whisnu Hermawan Jadi Kapolda Sumut

Mutasi Polri, Brigjen Suyudi Ario Seto Jadi Kapolda Banten, Brigjen Whisnu Hermawan Jadi Kapolda Sumut

Nasional
Pakar Hukum Minta Bandar Judi Online Dijerat TPPU

Pakar Hukum Minta Bandar Judi Online Dijerat TPPU

Nasional
Pemerintah Tak Bayar Tebusan ke Peretas PDN, Data Kementerian/Lembaga Dibiarkan Hilang

Pemerintah Tak Bayar Tebusan ke Peretas PDN, Data Kementerian/Lembaga Dibiarkan Hilang

Nasional
Pimpinan Komisi VII Wanti-wanti Pengelolaan Tambang Ormas Rentan Ditunggangi Konglomerat

Pimpinan Komisi VII Wanti-wanti Pengelolaan Tambang Ormas Rentan Ditunggangi Konglomerat

Nasional
745 Personel Polri Dimutasi, Kadiv Propam Irjen Syahardiantono Naik Jadi Kabaintelkam

745 Personel Polri Dimutasi, Kadiv Propam Irjen Syahardiantono Naik Jadi Kabaintelkam

Nasional
Pesan Panglima TNI untuk Pilkada 2024: Jika Situasi Mendesak, Tugas Prajurit Melumpuhkan, Bukan Mematikan

Pesan Panglima TNI untuk Pilkada 2024: Jika Situasi Mendesak, Tugas Prajurit Melumpuhkan, Bukan Mematikan

Nasional
Pemerintah Akui Tak Bisa Pulihkan Data Kementerian/Lembaga Terdampak Peretasan PDN

Pemerintah Akui Tak Bisa Pulihkan Data Kementerian/Lembaga Terdampak Peretasan PDN

Nasional
Pilkada 2024, TNI Siapkan Personel Cadangan dan Alutsista jika Situasi Mendesak

Pilkada 2024, TNI Siapkan Personel Cadangan dan Alutsista jika Situasi Mendesak

Nasional
Soal Anggota Dewan Main Judi Online, Johan Budi: Bukan Lagi Sekadar Kode Etik, tapi Sudah Pidana

Soal Anggota Dewan Main Judi Online, Johan Budi: Bukan Lagi Sekadar Kode Etik, tapi Sudah Pidana

Nasional
Belum Ada Pendaftar di Hari Pertama Pendaftaran Capim dan Dewas KPK

Belum Ada Pendaftar di Hari Pertama Pendaftaran Capim dan Dewas KPK

Nasional
Puan Bicara Peluang PDI-P Usung Kader Sendiri di Pilkada Jakarta, Sebut Banyak yang Menonjol

Puan Bicara Peluang PDI-P Usung Kader Sendiri di Pilkada Jakarta, Sebut Banyak yang Menonjol

Nasional
Wasekjen PKB Ingatkan Duet Anies-Sohibul di Jakarta Berisiko 'Deadlock'

Wasekjen PKB Ingatkan Duet Anies-Sohibul di Jakarta Berisiko "Deadlock"

Nasional
Soroti Minimnya Kamar di RSUD Mas Amsyar, Jokowi: Hanya 53, Seharusnya Bisa di Atas 100

Soroti Minimnya Kamar di RSUD Mas Amsyar, Jokowi: Hanya 53, Seharusnya Bisa di Atas 100

Nasional
PKB Belum Tentu Dukung Anies Usai PKS Umumkan Duet dengan Sohibul Iman

PKB Belum Tentu Dukung Anies Usai PKS Umumkan Duet dengan Sohibul Iman

Nasional
Mantan Kabareskrim: Saya Tidak Yakin Judi Online Akan Terberantas

Mantan Kabareskrim: Saya Tidak Yakin Judi Online Akan Terberantas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com