Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memori Saat Penyerang Gereja Menyesal di Hadapan Buya Syafii Maarif...

Kompas.com - 27/05/2022, 15:39 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif atau kerap disapa Buya Syafii Maarif meninggal pada Jumat (27/5/2022), dalam usia 86 tahun.

Buya meninggal pukul 10.15 WIB di Rumah Sakit Pembinaan Kesejahteraan Umat (PKU) Muhammadiyah, Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Semasa hidupnya, Buya Syafii dikenal sebagai salah satu tokoh bangsa yang berpikiran moderat. Namun, dia tak segan melontarkan kritik terhadap pemerintah atau bahkan umat Islam.

Buya Syafii juga dikenal sebagai ulama yang kerap mengajak umat Islam tidak terpengaruh dengan kekerasan dan ideologi radikal.

Baca juga: Muhadjir Kenang Buya Syafii Maarif: Beliau Selalu Blak-blakan Membela Saat Melihat Ketidakadilan

Karena sikapnya itu, Buya Syafii sempat geram menyikapi kejadian penyerangan di Gereja Santa Lidwina Bedog, Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping, Sleman, Yogyakarta, pada 11 Februari 2018 silam. Saat itu seorang pelaku yang bernama Suliono menyerang menggunakan senjata tajam saat jemaat sedang menunaikan ibadah Misa Minggu.

Akibat aksi Suliono, 3 orang jemaat, satu orang Romo, dan seorang polisi mengalami luka akibat sabetan senjata tajam.

Usai kejadian dan pelaku berhasil ditangkap, Buya Syafii langsung menuju tempat kejadian perkara yang tidak jauh dari rumahnya di Desa Nogotirto, Gamping.

Dengan mengenakan kaos berkerah warna hitam, Buya Syafii mendatangi gereja itu dan melihat tempat kejadian perkara. Dia juga memberi pernyataan singkat kepada awak media yang hadir di lokasi saat itu.

"Ini biadab. Ini harus diusut tuntan oleh polisi. Saya betul-betul kecewa berat. Bukan hanya menyesali, ini biadab," ujar Buya kepada awak media saat itu, seperti dilansir dari KOMPAS TV.

Baca juga: RS PKU Muhammadiyah Gamping: Buya Syafii Maarif Meninggal karena Serangan Jantung

Kemudian pada 19 Februari 2018, Buya Syafii mendapat kunjungan dari sejumlah tokoh rohaniawan Katolik dan pegiat pluralisme di rumahnya. Mereka bersilaturahmi dan menyampaikan ucapan terima kasih kepada Buya Syafii atas kehadirannya di lokasi kejadian dan membantu menenangkan masyarakat.

Selepas pertemuan itu, Buya Syafii lantas menceritakan pengalamannya dengan tersangka pelaku, Suliono, di rumah tahanan Polda Daerah Istimewa Yogyakarta.

Buya Syafii mengatakan, pertemuannya dengan Suliono difasilitasi oleh seorang petugas intelijen Korps Brimob Polri. Menurut dia, saat pertemuan itu Suliono meminta maaf atas perbuatannya.

"Waktu saya katakan, 'salah seorang yang kena pedang Anda adalah polisi sebenarnya, itu seagama dengan Anda'. Nah, itu dia mulai agak menyesal. Dia mengatakan kepada saya bahwa dia tidak benci polisi," kata Buya Syafii dalam wawancara dengan awak media.

"Tapi sebenarnya, apapun faksinya, atau apapun itu ini saya rasa memang kultur kebencian masih bersama kita," ujar Buya Syafii.'

Buya Syafii juga pernah mengkritik keras aksi teror di Gereja Katolik Stasi Santo Yoseph, Medan, Sumatera Utara, pada 28 Agustus 2016 silam.

Baca juga: Buya Syafii Maarif Telah Pesan Makamnya Sendiri sejak Februari 2022

Menurut Buya Syafii, filosofi dan perbuatan para pelaku tidak hanya merusak citra Islam.

"Bukan merusak citra Islam. Tetapi sudah menampar kemanusiaan. Saya katakan teologi mereka itu teologi maut," tegas Ahmad Syafii Maarif usai mengikuti acara peluncuran Komik "Bengkel Buya Belajar dari Kearifan Wong Cilik" di Aula Madrasah Mualimin Muhammadiyah Jalan Letjen S. Parman No 68 Yogyakarta, Senin (29/08/2016).

Kelompok-kelompok itu, lanjutnya, melakukan aksi teror bom bunuh diri karena mereka sudah putus asa, karena di dunia tidak ada harapan hidup. "Putus asa, Memutuskan mati dengan harapan banyak bidadari, itu kan palsu semua," katanya.

(Penulis: Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma | Editor: Sabrina Asril, Erlangga Djumena)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Nasional
'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

"Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

Nasional
Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

Nasional
Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com