Lebih lanjut, Muzal mengatakan, pihaknya telah menyiapkan protokol-protokol dan bekerja sama dengan Kemenkes dalam menangani kasus hepatitis akut.
"Kita siapkan protokol-protokol untuk anak khususnya dokter anak di RS-RS di seluruh Indonesia dari IDAI ke dokter anak," ucap dia.
Menular lewat saluran makanan
Menkes Budi Gunadi menjelaskan, virus yang menyebabkan penyakit hepatitis akut menular lewat asupan makanan atau melalui mulut.
Oleh karena itu, ia meminta orang tua agar memberi perhatian kepada anak-anaknya agar rajin cuci tangan sebelum makan.
Selain itu, orang tua juga perlu memastikan kebersihan dari makanan yang masuk ke mulut.
Adapun Penyakit hepatitis akut diketahui menyerang anak-anak usia di bawah 16 tahun.
"Jadi, kalau bisa rajin cuci tangan, jadi kita pastikan apa yang masuk ke anak-anak kita untuk bersih, karena ini menyerang di bawah 16 tahun lebih banyak lagi di bawah lima tahun," ujar Budi.
Baca juga: Pemkot Semarang Siagakan Semua Rumah Sakit dan Puskesmas untuk Hadapi Penyakit Hepatitis Misterius
Ia pun menjelaskan, ciri-ciri penyakit hepatitis akut ditandai dari demam dan tingginya indikator serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) dan serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT).
"SGPT dan SGOT itu normalnya di level 30-an. Kalau udah naik agak tinggi lebih baik refer ke fasyankes (fasilitas pelayanan kesehatan) terdekat," kata dia.
Adapun saat ini, pihaknya telah berkoordinasi dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat serta Inggris mengenai penyakit hepatitis akut yang belakangan marak terjadi.
Hasilnya, hingga saat ini belum diketahui secara pasti virus penyebab penyakit yang banyak menyerang anak-anak usia di bawah 16 tahun ini.
Baca juga: Misteri Virus Hepatitis Akut dan Pesan Rajin Cuci Tangan...
"Kesimpulannya belum bisa dipastikan virus apa yang 100 persen menyebabkan adanya penyakit hepatitis akut ini," kata Budi.
Kemungkinan besar, penyakit ini disebabkan oleh Adenovirus strain 41. Namun, ada pula kasus yang bukan disebabkan oleh Adenovirus strain 41.
"Jadi kita masih melakukan penelitian bersama-sama dengan Inggris dan Amerika untuk memastikan penyebabnya apa," ucap Budi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.