JAKARTA, KOMPAS.com - Para ilmuwan di Eropa dan Amerika Serikat mengonfirmasi temuan varian baru virus Corona gabungan dari varian Delta dan Omicron yang biasa disebut sebagai Deltacron.
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Profesor Zubairi Djoerban mengatakan, varian Deltracron muncul dari pasien Covid-19 yang terpapar varian Delta dan varian Omicron secara bersamaan, kemudian kedua varian bereplikasi di dalam tubuh menjadi virus rekombinan.
"Varian Deltacron terbentuk dari seseorang yang terinfeksi varian Delta dan terinfeksi juga varian Omicron, kemudian masuk ke dalam sel orang tersebut dan kemudian bermutasi atau bereplikasi menjadi rekombinan namanya disebut Deltacron," kata Zubairi saat dihubungi Kompas.com, Senin (14/3/2022).
Baca juga: 5 Fakta Deltacron, Varian Corona Disebut Gabungan Delta dan Omicron
Ketika disinggung varian Deltacron lebih cepat menular dan mematikan, Zubairi mengatakan, hingga saat ini belum ada data ilmiah yang membuktikan hal tersebut.
Ia mengatakan, saat ini, jumlah kasus Covid-19 akibat penularan varian Deltacron masih sedikit dan tidak berkembang lebih cepat.
"Kalau keduanya amat mudah menembus pertahanan kita dan amat gawat itu kan biasanya angka langsung melonjak, ini tidak terbukti," ujarnya.
Baca juga: Pakar Inggris: Deltacron Hasil Kesalahan Lab, Bukan Varian Baru Covid-19
Lebih lanjut, Zubairi berpesan agar pemerintah tetap memantau perkembangan kasus Covid-19 akibat varian Deltacron di negara lain untuk mengantisipasi penularan Covid-19 di dalam negeri.
"Kalau melihat data-data baik di Inggris, Amerika dan negara Eropa lainnya penambahan jumlahnya tidak terlalu signifikan. Jadi tidak perlu lebih ketat tapi lebih waspada saja dimonitor kasus di luar negeri," ucap dia.
Sebelumnya diberitakan, ilmuwan mengonfirmasi kemunculan Deltacron melalui pengurutan genom yang di IHU Mediterranee Infection, Marseille, Perancis.
Perancis, Denmark, Inggris dan Belanda disebut telah mendeteksi varian itu, berdasarkan data internasional GISAID. Bahkan, Inggris telah mendeteksi 30 kasus Deltacron.
Baca juga: Ilmuwan Temukan Varian Hibrida Delta-Omicron “Deltacron”, Seberapa Parah?
Secara terpisah, perusahaan riset genetika yang berbasis di California, Helix juga mengidentifikasi dua kasus Deltacron di AS.
Para ilmuwan mengatakan bahwa "tulang punggung" varian Deltacron berasal dari varian delta, sedangkan protein lonjakannya dari Omicron.
"Kami telah mengetahui bahwa peristiwa rekombinan dapat terjadi, pada manusia atau hewan, dengan berbagai varian SARSCoV2 yang beredar," kata Kepala Ilmuwan di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr Soumya Swaminathan.
Ia menyebut perlunya eksperimen untuk menentukan sifat varian virus hibrida tersebut.
Diyakini, varian Deltacron telah beredar sejak Januari 2022.
Baca juga: Siprus Temukan 25 Kasus Varian Deltacron, Gabungkan Varian Delta dan Omicron
Pemimpin Teknis Covid-19 WHO Maria Von Kerkhove mengatakan, para ilmuwan sejauh ini belum melihat adanya perubahan dalam tingkat keparahan varian baru dibandingkan dengan varian sebelumnya.
Akan tetapi, banyak penelitian ilmiah sedang berlangsung untuk mengungkapnya.
"Sayangnya, kami berharap melihat rekombinan karena inilah yang dilakukan virus. Mereka berubah seiring waktu," kata Von Kerkhove.
"Kami melihat tingkat sirkulasi yang sangat intens. Kami juga melihat virus ini menginfeksi hewan dengan kemungkinan menginfeksi manusia lagi," sambungnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.