Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Didik J Rachbini tentang Arifin Panigoro: Aktivis '98, Cak Nur, dan Politik "Gizi"

Kompas.com - 01/03/2022, 09:40 WIB
Tatang Guritno,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengusaha sekaligus anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Arifin Panigoro tutup usia.

Ia meninggal di Mayo Clinic, Rochester, Amerika Serikat, Minggu (27/2/2022) waktu setempat atau Senin (28/2/2022) waktu Indonesia.

Rektor Universitas Paramadina Didik J Rachbini mengenang kepergian Arifin dengan menceritakan kisahnya sebagai aktivis '98.

Didik menceritakan, Arifin mempunyai kedekatan dengan Universitas Paramadina.

Baca juga: Meninggal Dunia, Ini Profil dan Rekam Jejak Arifin Panigoro

“Hubungan itu dimulai dari masa pasca-reformasi di mana sekelompok aktivis, seperti Sudirman Said, Erry Riyana, bersama Arifin Panigoro dan kawan-kawan mencari sosok pemimpin yang antikorupsi dengan rekam jejak yang jelas,” sebut Didik dalam keterangannya dikutip Selasa (1/3/2022).

Didik mengungkapkan, Arifin dan para aktivis lain yang menjadi aktor reformasi berusaha menemukan pemimpin yang berbeda dari masa Orde Baru.

“Kiprah Arifin tentu saja wajar karena dialah aktor di dalam reformasi tersebut sehingga terpikir untuk menemukan sosok antitesis dari tokoh-tokoh Orde Baru,” tuturnya.

Pilihan itu kemudian jatuh pada Nurcholish Madjid sebagai calon presiden era reformasi.

“Gerakan tersebut sempat bergema tetapi akhirnya padam dengan sendirinya karena Cak Nur tidak punya 'gizi',” kata Didik.

Baca juga: Kiprah Arifin Panigoro dari Raja Migas hingga ke Panggung Politik

Didik menuturkan, istilah 'gizi' dapat diartikan sebagai uang. Hal itu diceritakan oleh Cak Nur saat berkunjung ke partai politik dan diejek sebagai calon presiden yang tak punya 'gizi'.

“Cerita yang dalam maknanya karena sampai sekarang politik memang masih belepotan dengan politik uang,” ucap dia.

Dalam perjalanannya Cak Nur kemudian dikenal sebagai pendiri dan rektor pertama Universitas Paramadina.

“Dari sini hubungan Arifin Panigoro dengan Paramadina begitu dekat, bahkan dengan murid-murid Cak Nur seperti Komarudin Hidayat, Didik Rachbini, Fachry Ali, dan lainnya,” papar Didik.

Didik lantas mengucapkan rasa terima kasihnya atas bantuan Arifin yang memberikan salah satu lantai di gedung The Energy, SCBD, Jakarta untuk Paramadina Graduate School (PGS).

“Tentu semua civitas akademika Universitas Paramadina sangat berterima kasih atas kebaikan hatinya,” pungkas dia.

Baca juga: Pengusaha Arifin Panigoro Meninggal Dunia

Diketahui perusahaan energi milik Arifin yaitu PT Medco Energi Internasional Tbk melakukan pembelian sebagian saham PT Api Metra Graha senilai Rp 965 miliar di tahun 2012.

PT Api Metra Graha adalah pemilik gedung The Energy SCBD.

Selain sebagai pebisnis, Arifin juga dikenal sebagai politikus yang pernah bergabung dengan PDI Perjuangan dan menjadi anggota DPR periode 1999-2004.

Ia juga penerima Bintang Mahaputera Nararya, tanda kehormatan yang diberikan negara pada seseorang, institusi, pemerintah, atau organisasi atas darmabakti dan kesetiaan yang luar biasa terhadap bangsa dan negara.

Arifin menerimanya dari Presiden Joko Widodo pada 13 Agustus 2019.

Baca juga: Kesehatan Arifin Panigoro Sempat Membaik dan Ngobrol dengan Jokowi

Diberitakan sebelumnya, Pengusaha sekaligus anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Arifin Panigoro tutup usia pada Senin (28/2/2022). Informasi tersebut dikonfirmasi oleh ahli epidemiologi dari FKM Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono.

Pandu merupakan anggota Komisi Ahli Tubercolusis yang selama ini bermitra dengan Stop Tubercolusis Partnership Indonesia, di mana Arifin Panigoro menjadi ketuanya.

"Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Telah meninggal dunia, Pak Arifin Panigoro di Mayo Clinic, Rochester USA, jam 14.45 27 Febr (atau 03.45 WIB 28 Feb). Beliau adalah Ketua @StopTBIndonesia yg sangat aktif mempercepat pengendalian Tuberkulosis di Indonesia," demikian tulis Pandu dalam akun Twitter-nya @drpriono1 yang telah dikonfirmasi Kompas.com.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com