"Kemendikbudristek ingin menegaskan bahwa sekolah memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai kebutuhan dan konteks masing-masing sekolah," tulis Kemendikbudristek melalui buku saku tersebut.
Dengan penerapan Kurikulum Merdeka secara opsional, harapannya selama waktu tiga tahun terjadi proses perbaikan Kurikulum Merdeka di beragam sekolah di berbagai daerah.
Rencananya, Kurikulum Merdeka baru akan diterapkan secara nasional pada tahun 2023 mendatang.
Baca juga: Kurikulum Merdeka Bebaskan Guru Berkreasi Membuat Bahan Ajar
"Pada tahun 2024 akan ada cukup banyak sekolah/madrasah di tiap daerah yang sudah mempelajari Kurikulum Merdeka dan nantinya bisa menjadi mitra belajar bagi sekolah/madrasah lain," tulis buku saku tersebut.
Pada buku saku tersebut pun dijelaskan, bagi sekolah yang bersedia menerapkan Kurikulum Merdeka, proses yang dilakukan yakni melalui pendaftaraan dan pendataan.
Untuk itu, tidak ada kriteria khusus bagi sekolah yang ingin menerapkan kurikulum ini.
"Kriterianya ada satu, yaitu berminat menerapkan Kurikulum Merdeka untuk memperbaiki pembelajaran," tulis Kemendikbudristek.
Baca juga: Elektabilitas Elite Parpol di Survei Litbang Kompas: Prabowo Teratas, Puan di Bawah Satu Persen
Setelahnya, kepala sekolah yang berminat untuk menerapkan Kurikulum Merdeka akan diminta mempelajari materi yang disiapkan Kemendikbudristek soal konsep Kurikulum Merdeka.
"Selanjutnya, jika setelah mempelajari materi tersebut sekolah memutuskan untuk mencoba menerapkannya, mereka akan diminta untuk mengisi formulir pendaftaran dan sebuah survei singkat. Jadi prosesnya adalah pendaftaran dan pendataan, bukan seleksi," jelas buku saku tersebut.
Pada penerapan kurikulum Merdeka, pelajaran IPA dan IPS digabung di jenjang pendidikan sekolah dasar (SD).
Alasan penggabungan kedua mata pelajaran tersebut lantaran anak usia SD cenderung melihat segala sesuatu secara utuh dan terpadu.
"Selain itu, mereka masih dalam tahap berpikir konkret/sederhana, holisitik, dan komprehensif, namun tidak detail. Penggabungan pelajaran IPA dan IPS diharapkan dapat memicu anak untuk dapat mengelola lingkungan alam dan sosial dalam satu kesatuan," demikian bunyi buku saku tersebut.