Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Covid-19 Lewati 300.000, Pemerintah Diminta Tak Lupakan Nakes

Kompas.com - 11/02/2022, 18:23 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Penulis

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Sampai saat ini dilaporkan ada 160 tenaga kesehatan (nakes) di Indonesia yang terinfeksi Covid-19 di tengah gelombang penyebaran varian Omicron.

Data itu didapat dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) selama periode 1 Januari-11 Februari 2022.

Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra mengatakan, keberadaan dan keselamatan nakes di fasilitas kesehatan (faskes) saat bertugas di masa pandemi sangat penting. Maka dari itu dia mengatakan jika kasus aktif Covid-19 sudah melebihi 300.000, maka seharusnya menjadi peringatan bagi pemerintah karena bisa membuat nakes kewalahan.

"Pemerintah fokus pada faskes tetapi terkadang lupa kepada nakes. Tidak mungkin faskes bergerak tanpa nakes," kata Hermawan kepada Kompas.com, Jumat (11/2/2022).

Baca juga: Kemenkes: Belum Ada Nakes yang Meninggal akibat Covid-19 selama Lonjakan Omicron

Hermawan yang juga epidemiolog dari Universitas Indonesia mengatakan, untuk menghindari faskes dan nakes kewalahan jika kasus infeksi Covid-19 terus meningkat, maka pemerintah harus tegas menerapkan kebijakan. Yaitu membatasi mobilitas, menggenjot vaksinasi, hingga memperketat penerapan protokol kesehatan.

"Kebijakan harus terkendali, tegas dan konsekuen," ujar Hermawan.

Dia mengatakan, saat ini memang pemerintah tengah dalam masa yang sulit karena terdapat sejumlah kegiatan bertaraf multinasional akan digelar tahun ini. Menurut dia, jika pemerintah tetap berkeras supaya agenda itu tetap berjalan, maka yang harus dilakukan adalah memperkuat pengawasan pintu masuk-keluar kedatangan dari luar negeri dan dalam negeri.

Selain itu, lanjut Hermawan, pemerintah juga mesti memperkuat proses 3T (testing, tracing, treatment).

Baca juga: IDI: Gelombang Ketiga Covid-19 akibat Varian Omicron Mulai Ancam Nakes di RS

"Testing, tracing, treatment harus diperkuat. Upaya untuk case containment (pengendalian kasus) dan case finding (menemukan kasus) juga harus berkali-kali lipat," ucap Hermawan.

Bisa Mundur

Hermawan mengatakan jika pemerintah kewalahan dalam melakukan program 3T guna menekan penyebaran varian Omicron dan melandaikan kurva infeksi, maka perkiraan puncak infeksi yang diprediksi pada awal Maret mendatang bisa-bisa mundur.

Di sisi lain, kata dia, kebijakan yang diambil pemerintah harus tepat dan segera buat menghindari dugaan-dugaan negatif dari masyarakat jika pengetatan dilakukan mendekati Ramadan hingga Idul Fitri.

Baca juga: 5 Persen Nakes di Jakarta Pusat Terpapar Covid-19, Vaksinasi Masih Dapat Dilaksanakan

"Pasti masyarakat akan berpikir kemarin Imlek enggak apa-apa, Natal enggak apa-apa, kalau kebijakannya diterapkan menjelang Ramadan pasti memicu pertanyaan lagi," ujar Hermawan.

"Itu sangat sensitif," ujar Hermawan.

Maka dari itu menurut Hermawan, pemerintah harus bekerja keras dalam Februari ini untuk bisa benar-benar menekan kurva penyebaran sehingga situasi bisa terkendali dan tidak menimbulkan kegelisahan di tengah masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com