JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siraj mengatakan, gerakan 212 bukan merupakan kebangkitan Islam.
Menurut dia, 212 jelas-jelas memiliki tujuan politik, tetapi dengan mengatasnamakan agama. Karena itu, kata Said Aqil, sejak awal dia menolak gerakan 212.
Hal itu ia ungkapkan saat menceritakan tantangannya memimpin PBNU, secara khusus ketika menghadapi kemunculan gerakan 212.
"Itu luar biasa kerasnya tantangan bagi saya. Ada sebagian dari NU juga (mengatakan) bahwa ini adalah kesempatan kebangkitan Islam. Kalau menurut saya, itu bukan kebangkitan Islam. Karena jelas tujuannya politik yang mengatasnamakan agama," ujar Said Aqil dalam tayangan "Gagasan Kiai Said Menuju Mukatamar NU" yang disiarkan akun YouTube TVNU, dikutip Kompas.com, Senin (13/12/2021).
Baca juga: Dilema Politik Anies Baswedan, antara Duo Cuomo dan Reuni 212
Said Aqil menduga, sebetulnya ada banyak orang yang menolak gerakan 212. Namun, menurut Said Aqil, hanya dia yang secara terang-terangan berani menolak gerakan tersebut.
"Satu-satunya orang yang bersuara keras, yang bersuara terang-terangan menolak 212 ya saya. Barangkali yang menolak banyak, tetapi yang eksplisit, dengan ucapan yang jelas terang benderang hanya saya barangkali," tutur dia.
Baca juga: Anies Tak Restui Reuni 212 di Patung Kuda, Demi Pencitraan untuk Pilpres?
Said Aqil pun mengungkapkan alasannya menyebut 212 bukan sebagai gerakan Islam.
"Saya menganggap itu bukan kebangkitan Islam, bukan gerakan Islam, karena tidurnya di masjid, tetapi shalatnya di lapangan. Masjid jadi tempat tidur, menunggu shalat Jumat di lapangan. Itu yang tidak benar menurut saya," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.