Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanggapi Jaksa Agung, Komnas HAM: Penetapan Pelaku Pelanggaran HAM Berat Kewenangan Penyidik

Kompas.com - 30/11/2021, 12:11 WIB
Tatang Guritno,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komnas HAM Amiruddin menyatakan, penetapan seseorang sebagai tersangka kasus dugaan tindak pidana pelanggaran HAM berat merupakan wewenang penyidik.

Amiruddin menyatakan hal itu untuk menanggapi pernyataan Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin yang menyebut hasil penyelidikan Komnas HAM belum menemukan cukup bukti untuk menetapkan seseorang sebagai pelaku pelanggaran HAM berat.

“Penentuan pelaku, secara hukum bukan kewenangan penyelidik yaitu Komnas HAM. Penentuan pelaku dalam suatu peristiwa tindak pidana adalah kewenangan penyidik sepenuhnya,” tutur Amiruddin dalam keterangan tertulis, Selasa (30/11/2021).

Adapun berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, Komnas HAM bertugas sebagai penyelidik.

Baca juga: Menanti Langkah Konkret Jaksa Agung soal Penyidikan Kasus Pelanggaran HAM Berat

Sementara itu, Jaksa Agung diberi kewenangan untuk melakukan penyidikkan.

Amiruddin melanjutkan bahwa dalam hal ini, Komnas HAM yang bertindak sebagai penyelidik hanya memberikan petunjuk awal tentang perkara pelanggaran HAM berat.

“Hal itu sudah tercantum dalam berkas laporan hasil penyelidikan Komnas HAM,” ucap dia.

Amiruddin meminta Jaksa Agung ST Burhanuddin segera mengambil langkah kongkret untuk menyelesaikan perkara pelanggaran HAM berat dengan mengumumkan Tim Penyidik untuk peristiwa-peristiwa tertentu.

“Hanya dengan begitu publik bisa menilai adanya langkah maju secara hukum atas penanganan peristiwa yang diduga sebagai peristiwa pelanggaran HAM berat,” jelas dia.

Terakhir, Amiruddin menegaskan bahwa kerja Jaksa Agung bukan menyempurnakan pekerjaan Komnas HAM.

Namun, tutur dia, melanjutkan berkas penyelidikan pelanggaran HAM berat yang disusun Komnas HAM ke tahap penyidikkan.

Baca juga: Komnas HAM Harap Jaksa Agung Segera Umumkan Tim Penyidik Kasus Pelanggaran HAM Berat

Jika dalam proses penyelidikan ada hal-hal yang dirasa kurang, sambung Amiruddin, di tingkat penyidikkan Jaksa Agung berwenang untuk menambahkahkannya.

“Jaksa Agung sebagai penyidik berwenang menambah, dan memanggil pihak-pihak terkait dan menyita dokumen-dokumen yang diperlukan,” pungkasnya.

Diketahui, Jumat (26/11/2021) pekan lalu, Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin mengatakan bahwa pihaknya mengambil langkah penyidikkan perkara pelanggaran HAM berat.

Burhanuddin mengklaim, upaya penuntasan perkara pelanggaran HAM berat terkendala karena adanya kebuntuan persepsi antara penyelidik Komnas HAM dengan penyidik.

Kejaksaan Agung disebut telah membentuk Tim Khusus Penuntasan Dugaan Pelanggaran HAM yang Berat.

Tim tersebut saat ini sedang memverifikasi sejumlah kasus pelanggaran HAM berat dari Komnas HAM.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com