JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, peranan negara dalam menangani pandemi Covid-19 hanya 20 persen saja.
Menurut dia, penanganan Covid-19 selama ini paling banyak dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat.
"Saya dengan rendah hati mengatakan bahwa peranan negara bukan satu-satunya, bahkan hanya sekitar 20 persen saja dalam upaya menangani Covid-19,” ujar Muhadjir, dikutip dari siaran pers, Selasa (30/11/2021).
"Sisanya merupakan peranan dari kelompok-kelompok masyarakat dan peranan-peranan strategis yang sangat mendukung," katanya.
Baca juga: Varian Beta dan Omicron dari Satu Negara, Mengapa Afrika Rawan Munculnya Varian Baru Covid-19?
Muhadjir mengatakan, seluruh elemen pentahelix mulai dari pemerintah, swasta, perguruan tinggi, kelompok masyarakat madani, dan media massa telah melakukan berbagai hal untuk melawan serangan Covid-19.
Dia menilai, aktivitas gotong-royong yang sering dilakukan warga pedesaan di daerah sangat tepat diaplikasikan dalam upaya menangani pandemi Covid-19 di Tanah Air.
“Jadi lima kekuatan (pentahelix) itulah yang selama ini terbukti bisa bahu-membahu menyukseskan penanganan Covid-19," kata dia.
Apalagi, ujar Muhadjir, sejak awal penanganan Covid-19 di Indonesia telah memiliki konsep implementasi dari gotong-royong melalui pendekatan pentahelix tersebut.
Baca juga: Kemenkes: Varian Omicron Mengelabui Imunitas Tubuh dan Turunkan Efikasi Vaksin Covid-19
Hal tersebut karena gotong-royong atau seperti telah lama mengakar dan terimplementasi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Meskipun demikian, Muhadjir mengingatkan bahwa selain modal gotong-royong yang harus terus dibudayakan dan dilestarikan, sikap empati juga harus dibangun untuk menggerakkan hati membantu sesama.
“Kita ingat bahwa begitu pandemi selesai bukan berarti semuanya berakhir. Kita harus mengejar ketertinggalan untuk pemulihan ekonomi. Tantangan-tantangan pemulihan ekonomi ke depan jauh lebih rawan dari sebelumnya karena kita sudah berhadapan dengan bonus demografi,” ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.