Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenkes Sebut Vaksin Nusantara Tak Bisa Dikomersialkan

Kompas.com - 01/09/2021, 19:44 WIB
Wahyuni Sahara

Penulis

Dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi VII DPR dengan Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 pada 16 Juni 2021, Terawan mengeklaim bahwa hampir 90 persen bahan pembuat vaksin Nusantara berasal dari Indonesia.

"Hampir 90 persen lebih, bahan produksinya sudah ada di Indonesia, bahkan dibuat di Indonesia," ujar Terawan.

Dalam rapat itu Terawan juga menunjukkan berbagai alat kesehatan yang terdapat dalam perangkat vaksin Nusantara, yaitu Tabung LeucoSep dengan kode RM-221 berjumlah 4 per kit. Alat itu disebut berasal dari Indonesia.

Kemudian, alat kesehatan berikutnya yang juga berasal dari Indonesia, di antaranya NaCl 0,9 persen (RM-3248) sebanyak 100 mili liter, Larutan Premium Ficoll (RM-3249) berjumlah 60 mililiter, Kantung VueLife C (RM-3247) berjumlah satu per kit, Pipet Aspirasi (RM-2027) sejumlah 5 per kit, Pipet 10 mililiter (RM-2029) sejumlah 2 per kit, Pipet 25 mililiter (RM-2030) satu per kit.

Baca juga: Terawan Pamerkan Vaksin Nusantara Tak Perlu Cold Chain, Klaim 90 Persen Bahan Asal Indonesia

Selain itu, ada juga Vial Krio 2 mililiter Biru (RM-2185) satu per kit, Vial Krio 2 mililiter Merah (RM-2185) sejumlah 4 per kit, Tabung Mikrosentrifus (RM-2190) satu per kit, Tabung Kerucut 50 mililiter (RM-2072) sejumlah 3 per kit.

Lalu ada juga Spuit 30 mililiter (RM-2222) satu per kit, Spuit 3 mililiter (RM-2151) satu per kit, jarum tumpul 18 G (RM-2143) sejumlah 2 per kit.

Selanjutnya, label pembuatan (OL114LP) sejumlah 20 per kit, Label QS TSA (OL385CX) sejumlah 7 per kit, Kabinet Bersih sejumlah satu per kit, dan Larutan Preservasi Krio (IM-5125) satu mililiter per kit.

Baca juga: Saat Terawan Racik Vaksin Nusantara di DPR

Sementara 10 persen bahannya berasal dari Amerika Serikat, yang salah satunya adalah Larutan Antigen Protein dengan kode IM-5124.

"Larutan antigen proteinnya kami harus impor dulu. Lalu ada media diferensiasi juga masih harus impor," kata Terawan.

Meski begitu, menurut Terawan, Indonesia bisa saja membuat sendiri dua bahan tersebut. Karena menurutnya cara membuat dua bahan itu sangat mudah.

"Baik dalam pembuatan antigen dan karena itu recombinant. Bisa kita lakukan di sini. Namun karena paten sudah mereka (AS) miliki ya harus kita bekerja sama. Termasuk media diferensiasinya," katanya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com