JAKARTA, KOMPAS.com - Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan, Arianti Anaya memastikan stok obat-obatan Covid-19 masih mencukupi di tengah melonjaknya penularan Covid-19 dalam beberapa waktu terakhir.
"Kami sudah melakukan pengecekan bahwa kita memiliki stok yang cukup dan tentunya stok yang kita punya ini kita sudah menghitung masih cukup dengan lonjakan kasus yang saat ini cukup tinggi dan membutuhkan obat-obatan," kata Arianti dalam konferensi pers, Sabtu (10/7/2021).
Arianti memaparkan, berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan pada Sabtu ini, stok sejumlah jenis obat masih sangat mencukupi, yakni osetamivir kapsul sebanyak 11.636.209 tablet, faviparivir sebanyak 24.479.792 tablet.
Kemudian, azythromycin sebanyak 12.389.264 tablet dan multivitamin sebanyak 75.960.493 tablet.
Baca juga: UPDATE: Tambah 35.094, Total Kasus Covid-19 Indonesia 2.491.006 Orang
Arianti mengakui ada dua jenis obat yang jumlahnya terkesan sedikit yakni remdesivir sebanyak 148.891 vial dan tocilizumab sebanyak 421 vial.
Namun ia menyebutkan, pemerintah tengah mengimpor dua jenis obat tersebut yang akan tiba dalam waktu 1-2 hari dan obat tocilizumab pun hanya ditujukan bagi pasien-pasien kritis.
"Tocilizumab ini hanya digunakan untuk kasus kritis, artinya kasus kritis itu dihitung sangat kecil dibandingkan kasus gejala ringan atau gejala sedang," ujar Arianti.
Ia menuturkan, obat-obatan tersebut telah tersebar di instalasi farmasi pusat, dinas kesehatan farmasi, industri farmasi dan pedagang besar farmasi (PBF), rumah sakit, dan apotek.
"Instalasi farmasi pusat dan 34 dinas kesehatan provinsi ini menyimpan obat untuk sebagai buffer stock ya, baik di pusat maupun di daerah, untuk kita mem-buffer apabila stok-stok obat di lapangan kosong sehingga kita harapkan masyarakat tetap bisa mendapatkan pelayanan," kata dia.
Baca juga: UPDATE: 373.440 Kasus Aktif Covid-19, Rekor yang Kembali Muncul karena Lonjakan Pasien
Ia mengatakan, pemerintah pun terus mendorong industri farmasi swasta maupun BUMN untuk terus meningkatkan produksinya sambil mempercepat proses impor obat dari luar negeri.
Pemerintah juga mendorong agar para industri sesegera mungkin mendistribusikan obat-obatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan dan rumah sakit.
"Sehingga tidak ada penimbunan dari obat-obatan di industri ataupun PBF agar masyarakat bisa terus menagkses obat-obatan yang ada, yang tentunya sangat dibutuhkan oleh masyarakat," kata Arianti.
Baca juga: Daftar Obat untuk Covid-19 yang Sudah Diizinkan BPOM, Tak Ada Ivermectin
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.