Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Pendekatan Menakar Peluang 3 Kepala Staf Jadi Panglima TNI Menurut Andi Widjajanto

Kompas.com - 07/07/2021, 22:44 WIB
Rahel Narda Chaterine,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Pengamat pertahanan Andi Widjajanto memberikan analisis terkait isu kandidat Panglima TNI. Menurut dia ada sejumlah pendekatan untuk menakar peluang tiga Kepala Staf menjadi Panglima TNI. 

Sebagai informasi, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto akan memasuki purnatugas pada November 2021.

“Empat pendekatan yang bisa dipakai untuk menakar peluang 3 Kepala Staf Angkatan menjadi Panglima TNI,” kata Andi dalam webinar Diskusi Publik "Menakar Kandidat Panglima TNI: Peluang, Hambatan dan Tantangan Militer Indonesia", Rabu (7/7/2021).

Pendekatan pertama terkait pemilihan kandidat Panglima TNI adalah pendekatan rotasi.

Baca juga: Soal Calon Panglima TNI Pengganti Hadi Tjahjanto, Istana: Hak Prerogatif Presiden

Apabila, Presiden Joko Widodo menggunakan pendekatan ini, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono memiliki peluang yang lebih besar untuk terpilih.

Sebab, unsur dari Angkatan Laut sudah tidak pernah menjadi Panglima sejak Laksamana TNI Agus Suhartono. Agus menjadi panglima dalam kurun waktu 2010-2013.

Kedua, Andi mengungkapkan analisis soal pendekatan regenerasi yang mana jabatan Panglima TNI diserahkan ke yang lebih muda agar bisa mengawal Pemilu 2024.

Menurut Andi, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa merupakan lulusan 1987, sementara Yudo dan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo dari angkatan 1988.

“Tapi tidak ada kandidat yang ideal. Jadi kalau dari pendekatan regenerasi tidak terlalu signifikan siapa yang dipilih, apakah Pak Andika, Pak Yudo atau Pak Fajar, karena tidak melampaui titik ideal satu kali pergantian sebelum pemilu terus bisa mengawal Pemilu 2024,” ungkap dia.

Pendekatan yang lain, menurut mantan sekretaris kabinet ini, Presiden bisa memilih panglima TNI yang sudah berpengalaman jadi komando operasi gabungan.

Andi menjelaskan, dalam pendekatan ini menganalisis kandidat Panglima TNI dari aspek jenjang karir para Kepala Staf Angkatan.

Berdasarkan pendekatan ini, Yudo dan Fadjar menjadi kandidat yang relatif ideal.

Baca juga: Kritik Komisi I, Kontras Nilai Uji Kelayakan Calon Panglima TNI Tak Mendalam

Sebab, keduanya sudah pernah menjabat sebagai Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) sebelum menjadi Kepala Staf Angkatan.

“Cuma Pak Yudo dan Pak Fajar dari tiga Kepala Staf Angkatan ini yang pernah menduduki jabatan tertinggi di komando operasi gabungan dalam struktur organisasi TNI,” tutur Andi.

Kemudian, Andi mengatakan pendekatan lainnya adalah stabilitas politik. Melalui pendekatan ini maka unsur Angkatan Darat yang dinilai cocok menjadi Panglima TNI sekaligus untuk mengawal tahapan pelaksanaan Pemilu 2024.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com