Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Sosok Toeti Heraty: Profesor, Penyair, hingga Demonstran

Kompas.com - 13/06/2021, 15:39 WIB
Kristian Erdianto

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Jurnalis senior Harian Kompas, Maria Hartiningsih, pernah menulis sosok Toeti Heraty Noerhadi Roosseno sebagai perempuan dengan seabrek identitas.

Dalam artikel Pergulatan Mencari Titik Temu (KOMPAS 18 Desember 2003), Maria mengutip pandangan antropolog Belanda Dr Tine Husner. Menurut Husner, Toeti adalah perempuan yang bisa menjadi profesor, penyair, pemilik galeri, aktivis kebudayaan dan pebisnis.

Sementara akademisi sekaligus aktivis Arief Budiman, tulis Maria, menambahkan satu kriteria lagi, yakni demonstran. Toeti merupakan salah satu tokoh di balik gerakan unjuk rasa Suara Ibu Peduli (SIP).

Unjuk rasa damai itu digelar Bundaran HI, 23 Februari 1998. Rapat-rapat untuk mematangkan aksi diselenggarakan di gedung Biro Oktroi Roosseno, milik Toety.

Dikutip dari pemberitaan Harian Kompas, 24 Februari 1998, SIP menyuarakan keprihatinan ibu-ibu rumah tangga Indonesia yang paling merasakan akibat harga-harga membubung.

Baca juga: Toeti Heraty, Pendiri Jurnal Perempuan Sekaligus Guru Besar UI Meninggal Dunia

Sementara buku Pencarian Belum Selesai; Fragmen Otobiografi Toeti Heraty memaparkan identitasnya yang lain: sebagai istri, sebagai ibu empat anak, nenek empat cucu, dan anak sulung dari enam bersaudara keluarga Prof Ir Roosseno, tokoh di bidang pendidikan teknik di Indonesia.

Toeti Heraty dikenal sebagai seorang penyair, dosen, pejabat, pakar filsafat, dan kebudayaan. Perempuan kelahiran Bandung, 27 November 1933 ini merupakan anak sulung dari enam bersaudara.

Dikutip dari Ensiklopedia Sastra Indonesia Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Toeti menempuh pendidikan tinggi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia hingga tingkat sarjana muda bidang kedokteran, pada 1951-1955.

Kemudian, ia melanjutkan kuliah di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1955—1962). Toeti juga kuliah filsafat dan mendapat gelar sarjana filsafat dari Rijks Universiteit, Leiden, Belanda (1974).

Ia meraih gelar Doktor Filsafat dari Universitas Indonesia (1979) melalui disertasi yang diterbitkan sebagai buku dengan judul Aku dalam Budaya (1982).

Toety tercatat pernah mengajar di Fakultas Sastra Universitas Indonesia dan Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Bandung.

Berbagai jabatan dalam bidang akademik juga sempat ia emban, antara lain Ketua Jurusan Filsafat Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Ketua Program Pascasarjana Universitas Indonesia Bidang Studi Filsafat, Rektor Institut Kesenian Jakarta (1990-1996) hingga Guru Besar Luar Biasa pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Baca juga: Mengenang Toeti Heraty, Rekam Jejak, dan Sajak-sajaknya

Selain mengajar, Toety juga aktif menulis sajak pada 199. Namun, karyanya baru dibukukan dalam kumpulan puisi yang pertama, yakni Sajak-Sajak 33 (1973), tepat ketika usianya 43 tahun.

Kumpulan sajak berikutnya, Dunia Nyata, ditulis antara 1966 dan 1969, hingga kini belum diterbitkan. Kemudian, kumpulan sajak Mimpi dan Pretensi terbit pada 1982.

Toeti juga menjadi editor bunga rampai Seserpih Pinang Sepucuk Sirih (1979) antologi puisi penyair wanita Indonesia. Bersama A. Teeuw, Toeti menjadi editor Manifaestasi Puisi Indonesia-Belanda (1986).

Toeti Heraty juga menulis sejumlah karya ilmiah, antara lain Emansipasi Wanita Menurut Simon du Beauvoir (1961), Wanita Multidimensional (1990), Woman in Asia: Beyond the Domestic Domain (1989), Calon Arang-kisah perempuan korban patriarki (2000) dan Hidup Matinya Sang Pengarang (2000).

Kini, Indonesia kehilangan sosok perempuan tangguh yang memiliki beragam identitas itu. Toety tutup usia di RS MMC Jakarta, Minggu (13/6/2021) sekitar pukul 05.10 WIB. Ia meninggal dunia pada usia 87 tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Oposisi” Masyarakat Sipil

“Oposisi” Masyarakat Sipil

Nasional
Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Nasional
Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Nasional
Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Nasional
Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com