KOMPAS.com – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) menyelenggarakan Pelatihan Pengembangan Diversifikasi Olahan Ikan bagi 300 peserta di tujuh kabupaten di Bali pada 27–28 April 2021.
Ketujuh kabupaten tersebut adalah Tabanan, Buleleng, Jembrana, Gianyar, Karangasem, Bangli, dan Badung.
Program pelatihan itu merupakan wujud upaya KKP yang ingin terus meningkatkan kompetensi dan mutu sumber daya manusia (SDM) di berbagai wilayah Indonesia.
Dalam Pelatihan Pengembangan Diversifikasi Olahan Ikan, para peserta mendapatkan materi tentang cara pembuatan berbagai jenis inovasi olahan ikan yang menarik, antara lain mini crispy ikan, sotel ikan, cordon blue ikan, dan martabak ikan.
Baca juga: Petugas Loka POM Temukan Ikan Teri Berformalin di Pasar Manis Purwokerto
Kepala BRSDM Sjarief Widjaja mengatakan, olahan ikan akan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pengembangan kampung perikanan budi daya.
Untuk itu, kampung perikanan budidaya diharapkan dapat menyatukan proses perikanan dari hulu ke hilir.
“Contohnya di Bali itu akan jadi Kampung Kerapu di Jembrana. Jadi, bukan hanya bagaimana nanti kita bisa menyiapkan bibit dan membesarkannya, tetapi juga bagaimana kita mengolah hasil budidaya (ikan) kerapu itu sehingga memiliki nilai tambah,” ujarnya.
Lebih lanjut, Sjarief pun mendorong agar sejumlah kampung perikanan yang sudah ada di Bali terus diperkuat.
Baca juga: Sektor Perikanan Dinilai Menguntungkan, Pemprov Jabar Luncurkan Petani Ikan Milenial
Salah satu caranya, lanjut Sjarief, adalah dengan mengajak pemerintah daerah (pemda) setempat untuk bekerja sama meningkatkan kampung-kampung perikanan dan mendukung pengembangan kampung perikanan baru di masa depan.
“Kami berharap sinergi dari pemerintah pusat (pempus), pemda, dan tentunya penyuluh di lapangan, bisa mendorong kampung-kampung perikanan budidaya ini agar masyarakat bisa merasakan bagaimana pemerintah mendukung kegiatan usaha yang dilakukannya untuk mendukung kesejahteraan mereka,” tuturnya.
Menurut Sjarief, pelatihan pengolahan ikan tersebut tidak hanya dilakukan demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat saja, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan konsumsi makan ikan.
Hal itu sesuai dengan target angka konsumsi ikan (AKI), yaitu 62,5 kilogram per orang per tahun.
Baca juga: Menteri KKP Wahyu Sakti Ajak Milenial Menjadi Pembudidaya Udang
“Kita tahu bahwa Bali ini juga tempat wisata. Olahan ikan ini bisa dimanfaatkan sehingga turut membangkitkan ekonomi nasional. Mudah-mudahan akan muncul start-up baru di bidang kelautan dan perikanan,” ungkap Sjarief.
Ia menjelaskan, nantinya para penyuluh akan terus mendampingi peserta pelatihan, mulai dari tahap packaging, perizinan, hingga pemasaran, baik yang dilakukan secara konvensional maupun melalui e-commerce.
Sebagai informasi, Pelatihan Pengembangan Diversifikasi Olahan Ikan tersebut dilaksanakan secara blended training, yaitu menyatukan sistem online dan offline.
Dalam sistem blended training, pelatih dari Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Banyuwangi memberikan seminar dan demonstrasi secara online.
Baca juga: KKP Salurkan Modal ke Nelayan Natuna
Kemudian, para penyuluh perikanan di masing-masing kabupaten akan mendampingi peserta secara langsung selama pelatihan.
Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP) Lilly Aprilya Pregiwati mengatakan, pandemi Covid-19 yang telah melanda dunia selama lebih dari satu tahun terakhir ini telah mendorong pihaknya untuk menyesuaikan diri agar tetap produktif.
Menurutnya, penerapan physical distancing dan pembatasan sosial di beberapa daerah, menuntut masyarakat untuk dapat menemukan strategi-strategi kerja baru agar produktivitas kerja dapat tetap terjaga dan masyarakat bisa terus berkarya.
“Pelatihan kepada masyarakat dengan blended training yang menyatukan metode online dan pendampingan penyuluh di lapangan ini merupakan salah satu terobosan untuk memastikan seluruh tugas dan tanggung jawab kita dapat berjalan baik,” jelas Lilly.
Baca juga: Agenda 3.000 Cup Dawet Lele Dorong Masyarakat Jatim Konsumsi Ikan
Meski demikian, kata dia, pelatihan harus dilakukan dengan tetap mengikuti anjuran pemerintah untuk menjaga jarak dan membatasi interaksi fisik.
Menanggapi hal tersebut, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) Komisi IV I Made Urip, yang diwakili oleh Tenaga Ahli Vindy Faradillah menyampaikan apresiasinya terhadap penyelenggaraan pelatihan dari KKP.
“Semoga acara bimbingan teknik (bimtek) pengolahan ikan ini berjalan dengan maksimal dan dapat bermanfaat bagi seluruh peserta di tujuh kabupaten se-Bali,” ucap Vindy.
Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Tabanan yang diwakili oleh Kepala Bidang Pengkajian berharap, pelatihan tersebut dapat mendukung sektor perikanan Bali di masa depan.
Baca juga: Aneka Olahan Ikan Khas Bali yang Wajib Anda Coba
“Kami berharap pelatihan ini tidak hanya mengembangkan Kelompok Pengolah Pemasar (Poklahsar) yang sudah berusaha kami bina, tapi juga menumbuhkan pelaku-pelaku usaha baru, sejalan dengan arahan Gubernur Bali untuk mengembangkan pertanian dan perikanan,” harapnya.
Selain pelatihan diversifikasi olahan, KKP melalui BPPP di Ambon juga menyelenggarakan Pelatihan Teknik Pengangkutan Ikan Pasca Panen yang diikuti oleh 467 peserta dari 33 provinsi secara daring.
Pelatihan tersebut bertujuan untuk mendukung pembangunan kampung-kampung perikanan di berbagai wilayah Indonesia.
Pasalnya, penanganan ikan pasca panen, termasuk dalam perikanan budidaya, perlu dilakukan dengan teknik-teknik tertentu untuk tetap memastikan agar kualitasnya terjaga.
Baca juga: Mengenal Jenis-jenis Batu Kecubung Ketapang, Warna Biru Laut Lebih Mahal
“Umumnya ikan segar harganya akan lebih mahal jika didistribusikan dalam keadaan hidup. Untuk itu, kualitas ikan ini harus kita pastikan tetap prima,” kata Lilly.
Menurutnya, teknik atau cara mengangkut ikan dengan benar, cara menyuplai oksigen bagi ikan, wadah yang digunakan untuk membawa ikan, serta cara mengontrol metabolisme, menjadi penting dalam proses pengangkutan ikan pasca panen.
Sejalan dengan hal tersebut, Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan (BPPP) Ambon pun meluncurkan Gerai Ikan Segar di Jalan Marta Alfons, Desa Poka, Kota Ambon, beberapa waktu lalu.
“Ini (gerai ikan segar) adalah salah satu cara untuk mengajak masyarakat di sekitar wilayah Ambon, (agar mengetahui) bagaimana ikan-ikan yang ditangkap tetap dalam keadaan segar agar bisa dijual dengan harga yang baik,” ucap Lilly.
Baca juga: Selama Pandemi, Ekspor Ikan dari Jawa Timur Meningkat
KKP tidak hanya mendorong peningkatan kompetensi di bidang budidaya ikan saja, tetapi juga terus mendorong peningkatan kompetensi SDM di bidang perikanan tangkap.
Sebab itu, KKP melalui BPPP Medan menyelenggarakan Pelatihan Pembuatan Pancing Kacar atau Handline secara daring yang diikuti oleh 217 peserta dari 32 provinsi pada 27 April 2021.
Hal tersebut sejalan dengan target peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor perikanan tangkap yang menjadi salah satu target prioritas KKP periode 2021-2024.
Kepala BPPP Medan Natalia menyebutkan, pancing kacar atau handline merupakan salah satu jenis alat penangkap ikan yang sering digunakan oleh nelayan tradisional untuk menangkap ikan di laut.
Baca juga: KKP Bandara Soekarno-Hatta Tingkatkan Pengawasan Kedatangan Penumpang dari India
Berdasarkan klasifikasi Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) tahun 2008, handline termasuk dalam klasifikasi alat tangkap hook and line.
Natalia mengatakan, struktur utama headline terdiri dari pancing, tali pancing, kili-kili, pemberat, dan umpan.
“Handline adalah alat penangkap ikan jenis pancing yang paling sederhana. Alat tangkap ini tidak menggunakan alat bantu seperti alat tangkap pukat ikan dan pusat cincin, sehingga relatif mudah dibuat. Pengoperasiannya juga mudah dan bisa digunakan di berbagai jenis perairan,” jelasnya.
Selain mudah dibuat, kata dia, handline merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan, sehingga alat ini baik untuk menjaga keberlanjutan laut Indonesia.
Baca juga: Kerjasama IDeA Indonesia-Archipelago International Ciptakan SDM Unggul
Ia menyebutkan, handline dapat digunakan untuk menangkap berbagai jenis ikan demersal atau pelagis. Beberapa di antaranya yaitu ikan tongkol, cakalang, kembung, layang, bawal, dan kakap.
Natalia berharap, pelatihan Pelatihan Pembuatan Pancing Kacar atau Handline dapat meningkatkan hasil tangkapan masyarakat kelautan perikanan, terutama nelayan, dengan cara yang ramah lingkungan.
“Dengan begitu, mudah-mudahan bisa turut meningkatkan penghasilan bapak (dan) ibu di tengah pandemi Covid-19 yang masih melanda saat ini, sekaligus meningkatkan PNBP nasional dari sektor perikanan,” pungkasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.