Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AHY Nilai KLB Jadi Ancaman Serius untuk Perkembangan Demokrasi Indonesia

Kompas.com - 31/03/2021, 16:11 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) melihat peristiwa terjadinya Kongres Luar Biasa (KLB) Deli Serdang telah menjadi ancaman serius bagi perkembangan demokrasi Indonesia.

Ia juga mengatakan, peristiwa KLB itu menjadi ancaman terhadap agenda regenerasi kepemimpinan di partai-partai politik di Indonesia.

"Kita tahu bahwa jalan untuk memperjuangkan demokrasi memang tidak mudah, membangun partai juga tidak mudah, membutuhkan kerja keras, keringat dan air mata, kegigihan dan kesabaran untuk membesarkannya," kata AHY dalam konferensi pers yang digelar, Rabu (31/3/2021).

Hal tersebut disampaikan AHY dalam konferensi pers yang mengagendakan tanggapan terkait keputusan pemerintah menolak hasil KLB.

Baca juga: Demokrat Kubu Moeldoko Tak Disahkan Pemerintah, AHY: Kabar Baik bagi Demokrasi

Mantan calon Gubernur DKI Jakarta itu mengingatkan agar peristiwa KLB dapat menjadi pembelajaran bagi partai politik lainnya.

Sebab, ia menilai tak sedikit orang-orang yang berusaha mencari jalan pintas dan menghalalkan segala cara untuk merebut kedaulatan sebuah partai seperti yang dialami Partai Demokrat.

"Tidak sedikit orang-orang yang berusaha mencari shortcut, jalan pintas, menjalankan segala cara, menghalalkan segala cara, termasuk melakukan perampokan partai politik, dengan cara-cara tidak etis, ilegal dan inkonstitusional," jelasnya.

Selain itu, AHY juga mengingatkan kepada partai politik lain terkait situasi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini.

Baca juga: Pesan AHY ke Kader: Jangan Euforia Berlebihan, Demokrat Partai Cerdas dan Santun


Ia berpandangan, saat ini fenomena dan ancaman post-truth politics terus membayangi demokrasi di Indonesia.

Ia pun mencontohkan bagaimana pengalaman partainya dideru arus kebohongan yang dilakukan oleh kubu KLB dan kemudian dipercaya masyarakat.

"Kebohongan-kebohongan yang diulang-ulang bisa dipercaya oleh sebagian masyarakat, menjadi kebenaran yang baru. Misalnya, ada upaya-upaya untuk merekayasa opini publik terkait legalitas partaim dan juga upaya memanipulasi sejarah pendirian Partai Demokrat," ungkap dia.

Baca juga: Pemerintah Tolak Permohonan Kubu Moeldoko, AHY: Tidak Ada Dualisme di Partai Demokrat

Berkaca pengalaman Partai Demokrat, AHY mengajak semua pihak termasuk partai politik lainnya untuk terus memperjuangkan kehidupan demokrasi yang sehat dan beradab di Indonesia.

Diketahui, Partai Demokrat digoncang sebuah gerakan yang ingin melengserkan kepemimpinan AHY.

Gerakan itu dikuak ke publik oleh AHY pada Februari 2021.

Selang beberapa waktu kemudian, kelompok tersebut disebut Demokrat dengan nama Gerakan Pengambilalihan Kepemimpinan Partai Demokrat (GPK-PD).

Baca juga: Pemerintah Tak Sahkan Kubu Moeldoko, AHY: Terima Kasih Pak Jokowi

Pada Jumat (5/3/2021), kubu GPK-PD telah menggelar kongres luar biasa (KLB) yang menghasilkan Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menjadi Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB.

Namun, hasil KLB tersebut kemudian ditolak pemerintah pada hari ini, Rabu (31/3/2021) melalui pengumuman Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly dan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD.

"Pemerintah menyatakan bahwa permohonan pengesahan hasil Kongres Luar Biasa di Deli Serdang, Sumatera Utara tanggal 5 Maret 2021 ditolak," kata Yasonna dalam konferensi pers virtual, Rabu siang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Nasional
Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Nasional
Ide 'Presidential Club' Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Ide "Presidential Club" Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Nasional
Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Nasional
Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Nasional
BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

Nasional
Luhut Ingatkan soal Orang 'Toxic', Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Luhut Ingatkan soal Orang "Toxic", Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Nasional
Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Nasional
[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

Nasional
Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Nasional
Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com