Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Kematian Akibat Covid-19 Meningkat, Epidemiolog: Situasinya Serius, Kita Kebobolan

Kompas.com - 14/01/2021, 11:44 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Epidemiolog Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University Australia Dicky Budiman merespons laporan kasus kematian harian akibat pandemi Covid-19 mencapai angka tertinggi sebanyak 306 orang pada Rabu (13/1/2021).

Menurutnya, angka ini menandakan situasi yang sudah sangat serius terkait pandemi di Indonesia.

"Kalau sudah terjadi, ya situasinya serius. Apalagi dengan tiga digit kematian itu. Hampir konstan lho," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Kamis (14/1/2021).

Baca juga: Kasus Kematian Tertinggi di Tengah Dimulainya Vaksinasi Covid-19

Ia melanjutkan, angka kematian tinggi sebenarnya sudah terjadi di Indonesia sejak Desember 2020.

Angka tersebut ia dapat ketika memantau website Covid-19 milik Pemerintah Daerah (Pemda) yang menunjukkan angka kematian sudah tinggi sejak akhir tahun.

Mengenai situasi yang serius, ia menjelaskan bahwa artinya Indonesia sudah memasuki late indicator atau indikator keterlambatan penanganan pandemi.

"Indikator telat ini adalah contohnya ya ada angka kematian. Angka kematian ini termasuk juga angka hunian rumah sakit, ya masuknya di indikator telat. Nah, maksudnya, kalau angka-angka ini sudah muncul berarti kita sudah telat, kebobolan dalam memantau indikator awal pandemi," jelasnya.

Baca juga: 3 Rekor Covid-19 Indonesia Hari Ini: Kasus Positif Harian hingga Kematian

Pemerintah dan masyarakat, menurutnya tidak serius dalam menangani pandemi Covid-19 di Indonesia.

Sehingga, angka-angka yang termasuk dalam indikator telat tersebut muncul. Maka, ia berpendapat pemerintah dan masyarakat tidak bisa lagi bermain-main dalam penanganan pandemi.

"Ibaratnya kalau saya menolong orang melahirkan misalnya, saya datang itu bayinya sudah kepalanya di ujung. Tidak bisa saya pergi ke mana dulu, lalu baru menolong ibu itu," ungkap dia.

Oleh karena itu, ia meminta agar pemerintah dan masyarakat lebih serius dalam penanganan pandemi.

Baca juga: Kasus Kematian Tinggi, Tangsel Jadi Prioritas Dapat Vaksin Covid-19 Dibanding Kota Tangerang

Contohnya dengan menggencarkan 3T testing, tracing, dan treatment bagi pemerintah.

Sementara untuk masyarakat, terus menggalakkan 5M yakni memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, mengurangi mobilitas interaksi, dan menghindari kerumunan.

"Indikator telat sudah seperti ini, artinya respon kita sudah tidak bisa sama. Responnya sudah tidak bisa biasa-biasa saja, apalagi menurun. 3T itu tidak bisa menurun apalagi sama, 5M juga," tekan Dicky.

Sebelumnya, jumlah pasien Covid-19 yang meninggal dunia di Indonesia mencatatkan jumlah tertinggi, pada Rabu (13/1/2021).

Baca juga: 5 Langkah Menghentikan Kematian Tenaga Kesehatan Akibat Covid-19

Ada 306 pasien Covid-19 yang tutup usia dalam sehari. Hal tersebut berdasarkan data terbaru yang dikeluarkan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 hingga pukul 12.00 WIB.

Jumlah tersebut merupakan angka tertinggi pasien Covid-19 yang meninggal dunia sejak kasus pertama diumumkan pada 2 Maret 2020.

Angka kematian akibat Covid-19 tertinggi sebelumnya terjadi pada Selasa 12 Januari 2021.

Saat itu, sebanyak 302 orang pasien Covid-19 yang tercatat meninggal dunia dalam sehari.

Penambahan tertinggi pasien yang meninggal dunia tersebut menyebabkan total angka kematian akibat Covid-19 di Tanah Air mencapai 24.951 orang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com