Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Sekolah Tatap Muka, Epidemiolog: Imbas Tak Memadainya Peta Pengendalian Pandemi

Kompas.com - 05/01/2021, 13:13 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Epidemiolog Indonesia di Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, sejumlah sekolah yang tetap melaksanakan belajar tatap muka berkaitan dengan tak memadainya data pengendalian pandemi Covid-19.

Pemangku kepentingan bisa jadi tak tepat membuat keputusan karena data yang terbatas.

"Musuh kita saat ini adalah keterbatasan data akibat dua hal. Pertama, cakupan testing kita yang rendah membuat mayoritas daerah tidak memiliki penilaian atau peta situasi yang memadai untuk menilai kondisi sebenarnya pengendalian pandemi di daerahnya," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Selasa (5/1/2021).

Ia menilai, keterbatasan data tersebut berbahaya terlebih sudah berlangsung selama 10 bulan sejak kasus perdana ditemukan pada 2 Maret 2020.

Baca juga: 1.743 Sekolah di Jabar Ajukan Sistem Belajar Tatap Muka

Keterbatasan data itu dianggap berbahaya karena bisa berakibat pada pengambilan keputusan atau kebijakan peraturan daerah yang keliru.

"Ini berbahaya, karena bisa berpengaruh pada keputusan, kebijakan dan strategi yang salah. Dan ini sudah berlangsung 10 bulan," ujarnya.

Selain itu, Dicky juga menilai transparansi data Covid-19 di Indonesia masih menjadi persoalan.

Ia berpendapat, data-data yang disajikan terkait Covid-19 di daerah juga masih minim termasuk data kematian.

Sehingga, menurutnya hal ini akan berpengaruh juga terhadap pengambilan keputusan selain sekolah tatap muka.

Baca juga: Kasus Covid-19 Masih Tinggi, Seluruh Daerah di Bali Sepakat Tunda Sekolah Tatap Muka

"Jadi tidak hanya dalam pembukaan sekolah, setiap pelonggaran, katakanlah daerah tersebut mengizinkan orang liburan dan segala macam. Artinya akan berkonsekuensi keputusan yang tidak berbasis sains, karena tidak berbasis data yang kuat," jelasnya.

Imbasnya, jika hal ini terus dilakukan maka semakin menambah percepatan penyebaran Covid-19 di daerah.

Ia menekankan bahwa indikator satu-satunya untuk mengambil keputusan sekolah tatap muka hanya dapat dilihat dari automatic test positivity rate satu daerah.

"Berapa di daerah tersebut? Di mana yang katakanlah skala moderat. Oke test positivity rate bisa jadi rujukan untuk pembukaan itu di 5-8 persen test positivity-nya. Lalu ya juga harus tetap diperkuat aspek protokol kesehatannya," tuturnya.

Baca juga: Sekolah Tatap Muka di DIY Paling Cepat Dimulai pada Februari 2021

Jika satu daerah tersebut sudah dinyatakan test positivity rate aman untuk menggelar sekolah tatap muka, maka sekolah juga harus menyediakan fasilitas penunjang protokol kesehatan.

Misalnya adalah dengan menyediakan wastafel cuci tangan, pembagian kelas hingga mengecek kondisi kesehatan guru, staf sekolah dan para murid.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Nasional
Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Nasional
Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com