Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Luhut Tolak Tawaran Bank Dunia Bantu Sektor Kesehatan, tapi Minta untuk Rehabilitasi Mangrove

Kompas.com - 17/11/2020, 15:52 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyebut, pemerintah Indonesia mendapat banyak sekali tawaran bantuan untuk sektor kesehatan dari Bank Dunia.

Namun, tawaran itu Luhut tolak karena pemerintah merasa masih mampu.

"World Bank menawarkan banyak sekali bantuan tapi saya katakan kita cukup. Dia bilang kami menyiapkan budget untuk vaksin, saya bilang kita cukup," kata Luhut dalam sebuah diskusi daring, Selasa (17/11/2020).

Meski begitu, Luhut tak menolak tawaran Bank Dunia di sektor lainnya. Ia pun meminta agar pemerintah Indonesia dibantu dalam program rehabilitasi mangrove.

Baca juga: Soal UU Cipta Kerja, Luhut: Kadang yang Mengaku Intelektual, Tidak Baca Sudah Komentar

Permintaan tersebut, kata Luhut, telah disanggupi Bank Dunia. Bahkan, mereka juga bersedia membantu program pemerintah mengenai rehabilitasi terumbu karang.

"Kalian bantu kami di dalam mangrove saja, kami punya program 630 ribu hektare replanting mangrove di Indonesia dan itu adalah the largest mangrove replanting program in the world (program rehabilitasi mangrove terluas di dunia). Dan mereka mau," ujarnya

Di hadapan petinggi Bank Dunia, Luhut mengaku, kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah berorientasi pada generasi mendatang Indonesia.

Pelayanan yang diberikan pemerintah ditujukan kepada rakyat, bukan kepada pemberi bantuan.

Baca juga: Luhut: Kalau Pejabat Tidak Aneh-aneh Buat Kerumunan, Covid-19 Dapat Dikendalikan

"Jadi kalian juga jangan merasa bahwa kami ini harus menservis kalian. Yang kami servis pertama adalah generasi yang akan datang rakyat Indonesia," ujar Luhut.

"Saya kira itu message itu very clear karena jangan mereka menganggap bahwa kita itu tidak ada disiplin atau kau kurang memperhatikan masalah lingkungan," tuturnya.

Luhut pun meminta dunia untuk tidak menceramahi Indonesia ihwal lingkungan.

Sebab, pemerintah telah cukup memberi perhatian dalam hal tersebut.

Baca juga: Singgung Kerumunan di Jakarta, Luhut: Ada Pejabat yang Hadir, tetapi Tak Karantina

Ia mencontohkan, tahun 2015 terjadi kebakaran hutan di lahan seluas 2 juta hektare. Di tahun 2019, angka itu menurun menjadi kurang dari 150.000 hektare.

Sementara, pada periode yang sama, hampir 4 juta hejtare lahan terbakar di Amerika, 6 juta hektare lahan terbakar di Australia, dan sejumlah negara lainnya.

"Jadi diplomasi itu diplomasi straight forward (tegas) tetap dengan humble tone (rendah hati) tetapi we have to make it clear bahwa we are doing the right thing and on the right track juga (kita harus memastikan bahwa kita melakukan hal yang benar dan berada di jalan yang benar)," kata Luhut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

Nasional
Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak 'Heatwave'

Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak "Heatwave"

Nasional
Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar Tapi dari Bawah

Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar Tapi dari Bawah

Nasional
Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

Nasional
Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

Nasional
BMKG Sebut Udara Terasa Lebih Gerah karena Peralihan Musim

BMKG Sebut Udara Terasa Lebih Gerah karena Peralihan Musim

Nasional
Disebut Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer, Bea Cukai Berikan Tanggapan

Disebut Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer, Bea Cukai Berikan Tanggapan

Nasional
Profil Eko Patrio yang Disebut Calon Menteri, Karier Moncer di Politik dan Bisnis Dunia Hiburan

Profil Eko Patrio yang Disebut Calon Menteri, Karier Moncer di Politik dan Bisnis Dunia Hiburan

Nasional
PDI-P Bukan Koalisi, Gibran Dinilai Tak Tepat Konsultasi soal Kabinet ke Megawati

PDI-P Bukan Koalisi, Gibran Dinilai Tak Tepat Konsultasi soal Kabinet ke Megawati

Nasional
Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Nasional
Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Nasional
Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Nasional
Dilema Prabowo Membawa Orang 'Toxic'

Dilema Prabowo Membawa Orang "Toxic"

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Nasional
Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com