"Padahal yang kita cari itu yang melakukan. Kalau kita sudah melakukan apa yang kita ketahui dan pahami itu baru benar," ucap Wiku.
Menurut Wiku, yang lebih penting, tindakan tersebut harus dijadikan solidaritas dan gotong royong di tengah masyarakat.
"Menurut saya, selama empat bulan ini sebagian masyarakat sudah melakukan protokol kesehatan. Tapi masih banyak yang belum. Kalau sudah banyak yang melakukan, laju kasus positit seharusnya bisa di rem," tutur Wiku.
"Jika hanya sebagian saja masyarakat tahu dan melakukan itu tidak cukup. Sebanyak 50 persen saja juga tak cukup. Dan mungkin karena pandemi sudah begitu lama, masyarakat mungkin lengah," tambah dia.
Wiku mengingatkan pentingnya berdisiplin dalam menerapkan protokol kesehatan.
Sebab, masyarakat yang lengah rentan terjangkit virus corona.
"Virus ini tinggal menanti saja. Siapa yang lengah. Dicari siapa yang enggak melakukan protokol kesehatan kan, itu namanya lengah," ujar Wiku.
Wiku menekankan soal berbahayanya virus corona jika tertular. Ia berharap masyarakat juga tidak menganggap enteng.
Menurut dia, angka kasus positif Covid-19 akan selalu naik jika masyarakat tidak waspada dalam mencegah penularan virus corona.
Misalnya dengan selalu menggunakan masker di ruang publik, menjaga jarak fisik dan rajin mencuci tangan dengan sabun.
"Kita harus tahu virus ini sangat berbahaya. Jadi tidak boleh dianggap enteng. Kalau anggap enteng, buktinya kasus positif naik terus. Jadi ini penting sekali bagi masyarakat agar waspada," ungkap dia.
Dalam kesempatan yang sama Wiku mengatakan, belakangan ini tercatat penambahan jumlah klaster penularan Covid-19 di rumah sakit.
Keberadaan klaster ini menunjukkan bahwa penularan Covid-19 kini tak hanya terpusat di pada aktivitas sosial.
"Sekarang tidak hanya klaster di kegiatan sosial saja. Terlihat sekarang meningkat di klaster rumah sakit," ungkap Wiku.
Perkembangan penularan dari klaster ini, kata dia, relatif cukup tinggi di sejumlah tempat.