JAKARTA, KOMPAS.com - Pencerita Visual Beawiharta menyoroti pernyataan musisi Erdian Aji Prihartanto atau Anji terhadap sebuah foto yang menampilkan kondisi jenazah Covid-19 di sebuah rumah sakit di Indonesia.
Bea mengatakan, di era digital, jurnalistik memiliki koridor sendiri yang berbeda dengan produk komersial buzzer.
"Anji memasukkan sebuah nilai jurnalistik dalam nilai komersial buzzer yang dia ikuti, ya enggak boleh kamu memasukan sebuah produk dalam koridor lain ke koridor kamu gitu," kata Bea dalam diskusi bertajuk 'Fotojurnalis di Era Buzzer' secara virtual, Selasa (21/7/2020).
Baca juga: Ketika Foto Jurnalistik Diragukan sebagai Fakta
Bea menceritakan, dalam sebuah webinar yang ikut dihadiri banyak fotografer serta menghadirkan Anji, ia dan fotografer lainnya memberikan pandangan kepada Anji terkait kode etik kerja jurnalistik yang biasa diterapkan wartawan foto.
"Aku berusaha mencari apa yang Anji mau, intinya, dunia komunikasi itu liar, semua bisa menyerang siapa pun yang sebetulnya kalau mau jujur itu ada koridor yang harus dibatasi," ucapnya.
Lebih lanjut, Bea mengatakan, di era digital, semua orang memiliki hak untuk berpendapat.
Namun, terkait foto jenazah Covid-19 tersebut, ia merasa tidak adil apabila nilai-nilai jurnalistik dibawa dalam ranah komersial buzzer.
"Kamu mem-bully orang dalam sebuah koridor jurnalistik ke dalam dunia digital yang terbuka, buat aku itu tidak adil," pungkasnya.
Baca juga: Anji Minta Maaf dan Beri Klarifikasi soal Pendapat atas Hasil Foto Joshua Irwandi
Sebelumnya, foto yang menampilkan kondisi jenazah Covid-19 karya fotografer Joshua Irwandi menjadi viral di media sosial.
Salah satu musisi Indonesia Erdian Aji Prihartanto atau Aji melalui akun Instagram @duniamanji, mengunggah foto tersebut dan menyatakan gambar yang diambil Joshua itu mengandung sejumlah kejanggalan.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan