Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alissa Wahid: Kemerdekaan Berpendapat Mudah Bergesekkan dengan Perasaan Tersinggung

Kompas.com - 19/06/2020, 15:30 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kemerdekaan berpendapat di Tanah Air saat ini tengah dihadapkan dengan persoalan serius, yaitu permasalahan mudah tersinggung.

Akibatnya, setiap kali ada pihak yang berseberangan pendapat, secara tiba-tiba langsung dipolisikan.

Hal itu diungkapkan putri Presiden RI keempat Abdurrahman Wahid, Alissa Wahid, saat dimintai tanggapan terkait kasus unggahan guyonan Gus Dur tentang polisi jujur oleh Ismail Ahmad, warga Kepulauan Sula, Maluku Utara.

Akibat unggahan tersebut, Ismail pun sampai harus dibawa ke kantor polisi untuk memberikan klarifikasi. Meski pun pada saat ini polisi telah memastikan tidak ada proses hukum terhadap Ismail.

"Bagi kami, ini adalah peringatan untuk kita semua untuk Bangsa Indonesia secara umum," kata Alissa kepada Kompas.com, Jumat (19/6/2020).

"Bahwa salah satu elemen demokrasi yang paling dasar, fundamental demokrasi yang paling dasar adalah kebebasan berpendapat. Itu sekarang sedang berhadapan dengan sikap mudah tersinggung," imbuh dia.

Menurut dia, kasus yang menimpa Ismail adalah satu dari sekian banyak kasus serupa yang sebelumnya juga pernah terjadi.

Sebagi contoh, ia mengatakan, beberapa waktu lalu ada jurnalis yang menulis dengan kaidah jurnalistik yang akuntabel dan disampaikan melalui kanal media yang resmi. Namun belakangan, jurnalis tersebut dilaporkan atas dugaan pencemaran nama baik.

"Atau ketegangan antar warga, misalnya, seseorang mengunggah kemarin terakhir ada ketegangan antara Dokter Tirta dengan seorang netizen, saya tidak tahu siapa, lalu ada ketersinggungan, lalu mau dibawa ke ranah hukum," ujarnya.

"Jadi problem kita jauh lebih besar dari humor Gus Dur yang sampai ke polisi kemarin itu. Tapi problem kemerdekaan berpendapat yang bergesekkan dengan perasaan mudah tersinggung," imbuh Koordinator Jaringan Gusdurian itu.

Menurut dia, persoalan ini dapat menjadi persoalan yang lebih berbahaya, apabila kemudian yang bersikap adalah lembaga negara.

"Itu tidak boleh ya," kata dia.

Baca juga: Pengunggah Guyonan Gus Dur Tak Jadi Diproses Polisi, Alissa Wahid: Itu Baik

Ia mengingatkan, di dalam ranah demokrasi, partisipasi publik sangat diperlukan. Sebab, demokrasi yang hendak dibangun di Indonesia adalah demokrasi dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Oleh sebab itu, suara publik sangat dibutuhkan guna mewujudkan sistem demokrasi yang sehat. Dalam hal ini, termasuk kritik yang disampaikan publik kepada pemerintah.

"Kritik ini gunanya untuk memastikan bahwa pemerintah itu tidak sepihak. Bahwa kuasa pemerintah kan harusnya kan mandat rakyat untuk pemerintah, tapi, itu kan masih sering diartikan sebagai kekuasaan pemerintah," ungkapnya.

"Nah, kekuasaan pemerintah perlu untuk selalu diseimbangkan dengan pandangan yang berbeda. Kalau tidak akan menjadi pasif, otoriter," imbuh dia.

Ia menambahkan, pemerintah seharusnya juga dapat lebih bijak dalam menyikapi setiap masukan yang disampaikan.

Kritik, kata dia, seharusnya dipandang sebagai masukkan untuk memperbaiki kinerja agar lebih berkualitas dan sesuai dengan harapan publik.

Baca juga: Persoalan Guyonan Gus Dur, Kompolnas Sarankan Polisi Dibimbing Menerima Kritik dengan Baik

"Itu penting. Kualitas demokrasi itu dibangun dari situ. Kalau itu tidak bisa dilakukan, kalau orang menjadi takut untuk kritik, kalau orang menjadi takut berpendapat, itu bahaya sekali untuk masa depan Indonesia. Bukan untuk saat ini, tapi ke depannya. Jangka panjang," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Nasional
PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

Nasional
Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Nasional
PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com