Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aksi Kamisan: Panjang Umur Perjuangan Keluarga Korban!

Kompas.com - 07/02/2020, 08:44 WIB
Achmad Nasrudin Yahya,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ratusan anak muda berdiri membentuk lingkaran di seberang Istana Merdeka. Dengan memegang payung dan mengenakan baju hitam, mereka tampak khidmat mendengarkan seseorang yang tengah orasi di tengah lingkaran.

Di antara sederet anak muda itu, terdapat seorang ibu yang ikut berdiri di belakang lingkaran. Apa yang dikenakannya serba hitam. Kaus, tas, hingga payung bertuliskan #UsutTuntas Kasus Tragedi Semanggi.

Banyak orang menghampirinya, bersalaman kemudian berbincang seakan menjadi sorotan utama. Mereka pun menyatu dalam gerakan yang dikenal sebagai Aksi Kamisan.

Perempuan itu, Maria Katarina Sumarsih, merupakan salah satu inisiator Aksi Kamisan. Bertahun-tahun aksi tersebut ia jadikan sebagai saluran perjuangannya menuntut keadilan kepada negara.

Baca juga: Sumarsih, Aksi Kamisan, dan Cinta untuk Wawan...

Sejak 18 Januari 2007, hari Kamis menjadi momen Sumarsih menyuarakan tuntutan supremasi hukum kepada pemerintah di seberang Istana Merdeka.

Ratusan aksi telah dilalui. Orang datang dan pergi. Namun, Sumarsih tetap konsisten menuntut keadilan atas meninggalnya sang putra, Bernardinus Realino Norma Irmawan alias Wawan, mahasiswa yang menjadi korban Tragedi Semanggi I pada 11-13 November 1998.

Aksi Kamisan juga hadir sebagai bentuk aksi dari para korban dan keluarga korban dari berbagai kasus.

Antara lain, Tragedi 1965, Semanggi I, Trisakti, Tragedi 13-15 Mei 1998, Talangsari, Tanjung Priok, dan korban pelanggaran HAM lainnya.

Mereka meminta negara untuk menyelesaikan kasus-kasus tersebut yang sekarang masih terhambat di Kejaksaan Agung.

Baca juga: 8 Fakta Tentang 12 Tahun Aksi Kamisan, Hanya Sekali Diajak Masuk ke Istana

Aktivis mengikuti aksi kamisan ke-588 yang digelar oleh Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Kamis (13/6/2019). Mereka menuntut penyelesaian kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat yang hingga kini belum ditangani.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Aktivis mengikuti aksi kamisan ke-588 yang digelar oleh Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Kamis (13/6/2019). Mereka menuntut penyelesaian kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat yang hingga kini belum ditangani.

Kehadiran anak muda

Aksi yang dilakukan Sumarsih dan keluarga korban lainnya kerap mengundang decak kagum. Tak banyak orang yang mampu terus berdiri menuntut keadilan melalui aksi di jalanan.

Sumarsih mengatakan terdapat energi lain yang turut membuatnya terus bertahan melakukan aksi di seberang Istana.

"Saya disemangati dengan kehadiran anak-anak muda yang datang di Aksi Kamisan, juga anak-anak muda yang mengadakan aksi kamisan di kota mereka masing-masing," kata Sumarsih, Kamis (6/2/2020).

Sebelum menginisiasi Aksi Kamisan, Sumarsih sudah berjuang menuntut keadilan melalui berbagai macam cara sejak 1999.

Baca juga: Jumat Kelam Tragedi Semanggi 1998, Perjalanan Mencekam Bertemu Wawan...

Bersama korban dan keluarga pelanggaran HAM, ia membentuk sebuah paguyuban.

Yakni, Paguyuban Korban/Keluarga Korban Tragedi Berdarah 13-15 Mei 1998, Semanggi I (13 November 1998), Semanggi II (24 September 1999), dan Tim Relawan untuk Kemanusiaan (TruK).

Berbagai cara dan upaya dilakukan Sumarsih guna mewujudkan satu di antara enam agenda reformasi yang diwariskan Wawan, yaitu menegakkan supremasi hukum.

"Wawan bercerita ketika dia masih hidup, perjuangan belum selesai. Tapi teman-temannya sudah banyak meninggalkan perjuangan itu. Sebagai orang tua yang diperkenalkan dengan enam agenda reformasi oleh Wawan, saya akan mewujudkan agenda reformasi, tegakkan supremasi hukum," ungkap Sumarsih.

Baca juga: Kesaksian Savic Ali soal Tragedi Semanggi I, Derap Sepatu Lars hingga Suara Tembakan

Sumarsih mengaku mendapat dukungan besar yang menjadikannya terus berjuang mewujudkan poin keenam dari agenda reformasi.

Kehadiran anak-anak muda yang membuatnya tak layu dimakan usia. Di mana anak-anak muda terhimpun dari berbagai kelas. Mulai pelajar hingga pekerja. Dari dalam negeri maupun luar negeri.

"Yang datang di Aksi Kamisan ini orangnya silih berganti, baik dari dalam maupun luar negeri," kata dia.

Aktivis Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan menggelar aksi Kamisan ke-581 di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (11/4). Mereka menuntut presiden untuk membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang independen untuk mengungkap kasus penyiraman air keras yang menimpa penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan.ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI Aktivis Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan menggelar aksi Kamisan ke-581 di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (11/4). Mereka menuntut presiden untuk membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang independen untuk mengungkap kasus penyiraman air keras yang menimpa penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan.

Menyeberang ke Istana

Sejumlah tokoh pergerakan pernah ikut dalam Aksi Kamisan. Salah satunya adalah Fadjroel Rachman.

Fadjroel dikenal sebagai aktivis mahasiswa di era 1980-an. Lulusan Institute Teknologi Bandung (ITB) itu sempat mencicipi penjara di bawah rezim otoriter Orde Baru.

Pria yang juga dikenal sangat lantang dan keras terhadap pemerintahan SBY itu sering terlibat dalam Aksi Kamisan.

Baca juga: Hari-hari Terakhir Yun Hap, Mahasiswa UI Korban Tragedi Semanggi II

Sumarsih mengenal sosok Fadjroel, di mana ia juga pernah bersama-sama mengkampanyekan golongan putih (golput) pada Pemilu 2004

"Dulu kami kampanyennya 'golput makmur, golput sejahtera'," kata Sumarsih.

Selain itu, Sumarsih juga pernah merasa terbantu karena Fadjroel kerap menjadi alternatif ketika refleksi jelang aksi masih nihil.

Namun, kata Sumarsih, Fadjroel yang kini telah menyeberang ke istana, sudah berubah. Tak seperti dulu ketika masih berjuang di jalanan.

Baca juga: Jabat Jubir Presiden, Fadjroel Rachman Tetap Jadi Komisaris Utama Adhi Karya

Presiden Joko Widodo menunjuk Fadjroel sebagai juru bicaranya.

"Sudah berganti pakaian sekarang. Selalu pakai jas dan sudah berbeda kedudukannya. Kalau dulu di jalanan sekarang di kekuasaan," ucap Sumarsih.

Fadjroel Rachman usai ditunjuk sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi sekaligus Juru Bicara PresidenKOMPAS.com/RAKHMAT NUR HAKIM Fadjroel Rachman usai ditunjuk sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi sekaligus Juru Bicara Presiden
Ia menyayangkan sikap Fadjroel. Begitu juga dengan aktivis yang kini masuk dalam lingkar kekuasaan.

Menurut Sumarsih, mereka kini telah melupakan agenda perjuangan yang dulu pernah sama-sama dituntut.

"Kelihatannya mereka kok tidak melanjutkan idealismenya. Perjuangan ketika masih bersama-sama dengan kami, keluarga korban. Tapi kenyataannya mereka larut ke dalam sistem," sesal Sumarsih.

Kendati demikian, Sumarsih bersama keluarga korban lainnya akan tetap melakukan Aksi Kamisan hingga mendapatkan keadilan.

Panjang umur perjuangan keluarga korban! 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indonesia Usulkan Makan Siang Gratis jadi Program Satgas Global Melawan Kelaparan dan Kemiskinan

Indonesia Usulkan Makan Siang Gratis jadi Program Satgas Global Melawan Kelaparan dan Kemiskinan

Nasional
Laporan BPK 2021: Tapera Tak Kembalikan Uang Ratusan Ribu Peserta Senilai Rp 567 M

Laporan BPK 2021: Tapera Tak Kembalikan Uang Ratusan Ribu Peserta Senilai Rp 567 M

Nasional
Mundur sebagai Wakil Kepala Otorita IKN, Dhony Rahajoe Sampaikan Terima Kasih ke Jokowi

Mundur sebagai Wakil Kepala Otorita IKN, Dhony Rahajoe Sampaikan Terima Kasih ke Jokowi

Nasional
KPU Dianggap Bisa Masuk Jebakan Politik jika Ikuti Putusan MA

KPU Dianggap Bisa Masuk Jebakan Politik jika Ikuti Putusan MA

Nasional
Ketika Kepala-Wakil Kepala Otorita IKN Kompak Mengundurkan Diri ...

Ketika Kepala-Wakil Kepala Otorita IKN Kompak Mengundurkan Diri ...

Nasional
KPU Diharap Tak Ikuti Putusan MA Terkait Usia Calon Kepala Daerah

KPU Diharap Tak Ikuti Putusan MA Terkait Usia Calon Kepala Daerah

Nasional
Adam Deni Hadapi Sidang Vonis Kasus Pencemaran Ahmad Sahroni Hari Ini

Adam Deni Hadapi Sidang Vonis Kasus Pencemaran Ahmad Sahroni Hari Ini

Nasional
Pentingnya Syarat Kompetensi Pencalonan Kepala Daerah

Pentingnya Syarat Kompetensi Pencalonan Kepala Daerah

Nasional
Nasihat SBY untuk Para Pemimpin Setelah 2014

Nasihat SBY untuk Para Pemimpin Setelah 2014

Nasional
Dulu Jokowi Tak Setujui Gibran Jadi Cawapres, Bagaimana dengan Kaesang pada Pilkada Jakarta?

Dulu Jokowi Tak Setujui Gibran Jadi Cawapres, Bagaimana dengan Kaesang pada Pilkada Jakarta?

Nasional
[POPULER JABODETABEK] Pedagang Pelat Mengaku Enggan Terima Pesanan Pelat Nomor Palsu | Warga Sebut Tapera Hanya Mempertimbangkan Kebutuhan Pemerintah

[POPULER JABODETABEK] Pedagang Pelat Mengaku Enggan Terima Pesanan Pelat Nomor Palsu | Warga Sebut Tapera Hanya Mempertimbangkan Kebutuhan Pemerintah

Nasional
[POPULER NASIONAL] Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN Mundur | Tugas Baru Budi Susantono dari Jokowi

[POPULER NASIONAL] Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN Mundur | Tugas Baru Budi Susantono dari Jokowi

Nasional
Tanggal 7 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung Periksa Adik Harvey Moeis Jadi Saksi Kasus Korupsi Timah

Kejagung Periksa Adik Harvey Moeis Jadi Saksi Kasus Korupsi Timah

Nasional
SYL Mengaku Bayar Eks Jubir KPK Febri Diansyah Jadi Pengacara dengan Uang Pribadi

SYL Mengaku Bayar Eks Jubir KPK Febri Diansyah Jadi Pengacara dengan Uang Pribadi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com