JAKARTA, KOMPAS.com - "Banyak dari kami yang tidak pernah membayangkan akan mengalami kejadian macam ini. Berhadapan dengan ribuan tentara negeri sendiri, lengkap dengan bedil, tameng, sangkur dan sepatu lars..."
Pernyataan itu begitu mengendap lama di hati Mohamad Syafi' Alielha, yang lebih dikenal dengan panggilan Savic Ali.
Savic merupakan peserta aksi unjuk rasa mahasiswa di Semanggi pada November 1998. Tidak ada yang menyangka bahwa unjuk rasa itu berujung duka, yang dikenal sebagai Tragedi Semanggi I.
Dia masih ingat betul bagaimana suasana saat dia dan rekan-rekannya menyuarakan "Reformasi Total", beberapa saat setelah Presiden Soeharto dan Rezim Orde Baru berhasil dijatuhkan.
[Baca artikel menarik tentang kejatuhan Soeharto dalam: VIK: Kejatuhan (daripada) Soeharto]
Hal ini terus terjadi pada 13 November 1998, saat Savic dan mahasiswa lainnya berkumpul di Jalan Jenderal Sudirman, tepatnya di depan kampus Universitas Atma Jaya.
Kala itu sedang berlangsung Sidang Istimewa MPR dengan salah satu agendanya pembacaan pertanggungjawaban Bacharuddin Jusuf Habibie sebagai presiden pengganti Soeharto.
Dalam aksi tersebut, Savic dan mahasiswa lainnya menuntut agar pertanggungjawaban BJ Habibie ditolak. Sebab, Bapak Teknologi Indonesia itu dianggap sebagai salah satu "anak emas" Soeharto dan bagian dari rezim Orde Baru.
Baca juga: Hari-hari Terakhir Yun Hap, Mahasiswa UI Korban Tragedi Semanggi II
Awalnya, aksi unjuk rasa itu berlangsung aman meskipun tetap dijaga ketat oleh para aparat.
Tak lama berselang, dalam aksi yang aman dan tanpa diketahui penyebabnya, kata Savic Ali, rombongan bersepatu lars yang sedang berjaga melangkah maju.
Pertama rombongan yang diduga mahasiswa sebagai tentara itu berjalan pelan, dan kemudian cepat menerjang.
Baca juga: Jumat Kelam Tragedi Semanggi 1998, Perjalanan Mencekam Bertemu Wawan...
Didahului semprotan water cannon, kemudian deru suara tembakan mulai terdengar. Ini membuat puluhan ribu massa yang sebelumnya cukup tertib itu menjadi buyar berhamburan.
Satu persatu mulai jatuh korban. Menurut Savic, ada korban yang tertembus peluru, kena tendang, atau hantaman pemukul karet dan rotan milik aparat.