Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Diharap Tak Sekadar Prioritaskan Investasi saat Berhubungan dengan China

Kompas.com - 12/01/2020, 21:40 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat hubungan internasional Dinna Wisnu menilai diplomasi Indonesia dan China masih cenderung berat ke persoalan investasi.

 

Ia berharap Indonesia mengedepankan diplomasi dengan China secara terpadu.

Hal itu merespons terkait situasi di perairan Natuna beberapa waktu lalu sempat memanas setelah kapal pencari ikan dan coast guard milik China terpantau berlayar di Natuna.

"Kita terlalu terkotak-kotak antar kementerian ketika bicara dengan China, fokus kita terlalu berat di investasi sama China itu," kata dia saat ditemui di Hotel Erian, Jakarta, Minggu (12/1/2020).

"Kita lupa aspek lain yang juga menjadi perhatian China ketika dia berhubungan dengan kita. Diplomasi kita harus menyangkut yang lebih dimensional bukan hanya investasi," tambahnya.

Baca juga: Jokowi Restui Luhut Punya 6 Deputi, dari Infrastruktur hingga Investasi

Selama ini, kata Dinna, kinerja diplomasi yang dijalankan pemerintah Indonesia dengan China masih terkesan terpisah satu sama lain.

Ia meminta pemerintah Indonesia lebih solid dalam menjalankan diplomasi dengan China.

"Jadi harus terpadu. Sekarang itu misalnya Kementerian Luar Negeri-nya berangkat duluan, diskusinya apa, besoknya kementerian lain dateng ngomongnya lain lagi. Itu masalahnya. Jadi itu jadi kurang baik, jangan kelihatan enggak solid," ujarnya.

Perempuan yang juga aktif mengajar di Universitas Paramadina dan Universitas Bina Nusantara juga menilai kunjungan ke Jokowi ke Natuna beberapa waktu lalu tak berdampak signifikan terhadap China.

Baca juga: AS dan Jepang Tertarik Investasi di Natuna, Ini Sektor yang Diminati

Sebab, kunjungan tersebut juga tak direspons dengan baik oleh China.

"Itu yang saya bilang sangat disayangkan karena harus Jokowi yang turun sebagai Presiden. Padahal di sisi lain, China cukup bicara dengan melalui juru bicara Kemenlu saja untuk urusan ini," jata Dinna.

"Jadi buat China, ini itu kecil. Kita sampai harus level tinggi turun fisik ke lapangan dan masih tidak direspons dengan baik," tambahnya.

Hal ini menunjukkan diplomasi Indonesia dengan China masih lemah. Sebab, seharusnya China bisa lebih menghormati Indonesia, jika diplomasi yang dilakukan pemerintah Indonesia berjalan dengan solid.

Baca juga: Pemerintah Harus Lakukan Tiga Hal Ini di Perairan Natuna

"Pak Jokowi juga sendiri juga cenderung bersayap, bilang tegas terhadap China tapi di sisi lain juga sempat mempertanyakan betul enggak di wilayah kita? Di kabinet beliau pun juga enggak satu suara. Ada yang bilang kerja sama harus dilakukan supaya investasi lancar, enggak ada hubungannya itu," ujar dia.

"Saya percaya jalur diplomasi masih bisa dipakai. Diplomasi bilateral kita sama China sebelum pergi ke level yang luas. Karena itu butuh dukungan banyak negara dan biayanya tinggi," lanjut dia.

Ia mengingatkan, Indonesia tak hanya menjalankan diplomasi ekonomi saja. Negara juga harus berpartisipasi aktif dalam menjalankan agenda perdamaian dunia.

Sayangnya, katanya, dua agenda ini dibenturkan dalam konteks sekarang.

"Padahal harus jalan bareng, enggak mungkin ekonomi kita dapat banyak kecuali aktif dan hadir, dianggap penting negara lain," tegas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengusaha Hendry Lie Jadi Tersangka Kasus Korupsi Timah

Pengusaha Hendry Lie Jadi Tersangka Kasus Korupsi Timah

Nasional
Prabowo: Kami Maju dengan Kesadaran Didukung Kumpulan Tokoh Kuat, Termasuk PBNU

Prabowo: Kami Maju dengan Kesadaran Didukung Kumpulan Tokoh Kuat, Termasuk PBNU

Nasional
Prabowo: Saya Merasa Dapat Berkontribusi Beri Solusi Tantangan Bangsa

Prabowo: Saya Merasa Dapat Berkontribusi Beri Solusi Tantangan Bangsa

Nasional
Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

Nasional
Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Nasional
Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show 'Pick Me Trip in Bali'

Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show "Pick Me Trip in Bali"

Nasional
Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Nasional
Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Nasional
Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com