Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nyoman Dhamantra Dkk Diduga Bahas Suap Impor Bawang Putih di Restoran

Kompas.com - 02/12/2019, 16:02 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Supervisor Restoran Imperial Steam Pot Senayan City Nur Fitria Farhanah mengonfirmasi bahwa tanggal 8 Agustus 2019, dua penyidik KPK datang dan menanyakan soal mantan anggota DPR I Nyoman Dhamantra dan teman dekatnya, Mirawati Basri.

Hal itu disampaikan Nur Fitria saat bersaksi untuk tiga terdakwa kasus dugaan suap terkait pengurusan kuota impor bawang putih, yakni Chandry Suanda alias Afung, Dody Wahyudi dan Zulfikar.

"Iya, Bapak dan Ibu tersebut menanyai atas nama Ibu Mirawati dan Pak Nyoman, itu memang tamu reguler kami. Dibilang (penyidik KPK) ada kasus, terjadi transaksi," kata dia di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin (2/12/2019).

"Tapi saya tidak tahu karena saya hanya sebagai pelayan, hanya memberi makanan, enggak ngerti masalah yang terjadi di ruangan VIP," lanjut dia.

Baca juga: Nyoman Dhamantra Mengaku Tak Tahu Uang Rp 2 M Terkait Impor Bawang Putih

Setelah menanyai soal Nyoman dan Mirawati, kata Nur, penyidik KPK ingin menyita rekaman kamera Closed Circuit Television (CCTV) tertanggal 1 Agustus 2019.

Atas keinginan penyidik itu, Nur pun meminta izin ke general manager restoran.

"Mereka mengizinkan, baru kami buka CCTV dan memperlihatkan kepada Ibu dan Bapak KPK," kata dia.

Jaksa KPK kemudian memperlihatkan rekaman terkait Mirawati dan Nyoman ke Nur Fitria di persidangan.

"Iya itu area depan resepsionis ya untuk pertama kali customer datang di Imperial. Itu yang datang pakai baju hitam itu Ibu Mira," papar Nur Fitria.

Dalam rekaman itu, terdapat beberapa orang lainnya yang datang menuju tempat Mirawati. Akan tetapi, Nur Fitria mengaku tidak mengenali mereka.

"Tidak tahu. Enggak kenal," kata dia.

Baca juga: Praperadilan, KPK Ajukan Screenshot WA Penyelidik Saat OTT I Nyoman Dhamantra

Meski demikian, Nur Fitria mengenali salah satu sosok yang terlihat di rekaman baru datang sekitar pukul 19.50 WIB.

"Ya, itu Pak Nyoman," kata Nur Fitria.

Diketahui, berdasarkan surat dakwaan jaksa KPK, pada 1 Agustus 2019 di restoran tersebut, Mirawati dan Nyoman Dhamantra bertemu membahas pengurusan kuota impor bawang putih.

Di tempat yang sama, Mirawati didampingi temannya bernama Indiana, Ahmad Syafiq, Elviyanto kemudian juga bertemu dengan terdakwa Dody Wahyudi dan Zulfikar.

Berdasarkan surat dakwaan, pertemuan tersebut menyepakati rencana commitment fee sekitar Rp 3,5 miliar terkait pengurusan kuota impor bawang putih.

Dalam perkara ini, Chandry, Zulfikar dan Dody Wahyudi didakwa bersama-sama menyuap mantan anggota Komisi VI DPR I Nyoman Dhamantra sekitar Rp 3,5 miliar.

Dalam surat dakwaan, Dhamantra disebut menerima commitment fee sebesar Rp 2 miliar lewat transfer rekening.

Baca juga: I Nyoman Dhamantra Optimistis Gugatan Praperadilan Dikabulkan

Uang itu merupakan fee atas pengurusan kuota impor bawang putih di Kementerian Perdagangan yang diajukan oleh Chandry Suanda selaku Direktur PT Cahaya Sakti Agro (CSA). Chandry dibantu terdakwa Dody Wahyudi dan Zulfikar.

Di sisi lain, Dody Wahyudi telah membuat rekening bersama di Bank BCA untuk memasukkan uang sebesar Rp 1,5 miliar.

Uang Rp 1,5 miliar itu merupakan sisa dari nilai total commitment fee yang disepakati bersama Dhamantra, yaitu Rp 3,5 miliar.

Sisa commitment fee tersebut nantinya akan diserahkan apabila Surat Persetujuan Impor (SPI) dari Kementerian Perdagangan untuk pihak Chandry sudah terbit. 

 

Kompas TV

Kota New York di Amerika Serikat atau AS, selain macet, juga terkenal dengan hutan betonnya. Namun, warga kota berjuluk Big Apple ini masih bisa merasakan suasana hutan, di taman hutan paling terkenal di dunia, Central Park. Central park juga jadi destinasi wisatawan dari berbagai negara yang sedang melancong ke kota ini.

Taman hutan kota paling terkenal di dunia ini dibangun pada tahun 1859 oleh Pemerintah Kota New York. Hingga sekarang, kawasan ini menjadi lokasi favorit wisatawan di New York. Berbagai aktivitas seni dan olahraga pun jadi hiburan tersendiri bagi para wisatawan.

=====


Jangan lewatkan live streaming Kompas TV 24 jam non stop di https://www.kompas.tv/live. Supaya tidak ketinggalan berita-berita terkini, terlengkap, serta laporan langsung dari berbagai daerah di Indonesia, yuk subscribe channel youtube Kompas TV. Aktifkan juga lonceng supaya kamu dapat notifikasi kalau ada video baru.


Media sosial Kompas TV:
Facebook: https://www.facebook.com/KompasTV
Instagram: https://www.instagram.com/kompastv
Twitter: https://twitter.com/KompasTV
LINE: https://line.me/ti/p/%40KompasTV

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com