Salin Artikel

Nyoman Dhamantra Dkk Diduga Bahas Suap Impor Bawang Putih di Restoran

Hal itu disampaikan Nur Fitria saat bersaksi untuk tiga terdakwa kasus dugaan suap terkait pengurusan kuota impor bawang putih, yakni Chandry Suanda alias Afung, Dody Wahyudi dan Zulfikar.

"Iya, Bapak dan Ibu tersebut menanyai atas nama Ibu Mirawati dan Pak Nyoman, itu memang tamu reguler kami. Dibilang (penyidik KPK) ada kasus, terjadi transaksi," kata dia di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin (2/12/2019).

"Tapi saya tidak tahu karena saya hanya sebagai pelayan, hanya memberi makanan, enggak ngerti masalah yang terjadi di ruangan VIP," lanjut dia.

Setelah menanyai soal Nyoman dan Mirawati, kata Nur, penyidik KPK ingin menyita rekaman kamera Closed Circuit Television (CCTV) tertanggal 1 Agustus 2019.

Atas keinginan penyidik itu, Nur pun meminta izin ke general manager restoran.

"Mereka mengizinkan, baru kami buka CCTV dan memperlihatkan kepada Ibu dan Bapak KPK," kata dia.

Jaksa KPK kemudian memperlihatkan rekaman terkait Mirawati dan Nyoman ke Nur Fitria di persidangan.

"Iya itu area depan resepsionis ya untuk pertama kali customer datang di Imperial. Itu yang datang pakai baju hitam itu Ibu Mira," papar Nur Fitria.

Dalam rekaman itu, terdapat beberapa orang lainnya yang datang menuju tempat Mirawati. Akan tetapi, Nur Fitria mengaku tidak mengenali mereka.

"Tidak tahu. Enggak kenal," kata dia.

Meski demikian, Nur Fitria mengenali salah satu sosok yang terlihat di rekaman baru datang sekitar pukul 19.50 WIB.

"Ya, itu Pak Nyoman," kata Nur Fitria.

Diketahui, berdasarkan surat dakwaan jaksa KPK, pada 1 Agustus 2019 di restoran tersebut, Mirawati dan Nyoman Dhamantra bertemu membahas pengurusan kuota impor bawang putih.

Di tempat yang sama, Mirawati didampingi temannya bernama Indiana, Ahmad Syafiq, Elviyanto kemudian juga bertemu dengan terdakwa Dody Wahyudi dan Zulfikar.

Berdasarkan surat dakwaan, pertemuan tersebut menyepakati rencana commitment fee sekitar Rp 3,5 miliar terkait pengurusan kuota impor bawang putih.

Dalam perkara ini, Chandry, Zulfikar dan Dody Wahyudi didakwa bersama-sama menyuap mantan anggota Komisi VI DPR I Nyoman Dhamantra sekitar Rp 3,5 miliar.

Dalam surat dakwaan, Dhamantra disebut menerima commitment fee sebesar Rp 2 miliar lewat transfer rekening.

Uang itu merupakan fee atas pengurusan kuota impor bawang putih di Kementerian Perdagangan yang diajukan oleh Chandry Suanda selaku Direktur PT Cahaya Sakti Agro (CSA). Chandry dibantu terdakwa Dody Wahyudi dan Zulfikar.

Di sisi lain, Dody Wahyudi telah membuat rekening bersama di Bank BCA untuk memasukkan uang sebesar Rp 1,5 miliar.

Uang Rp 1,5 miliar itu merupakan sisa dari nilai total commitment fee yang disepakati bersama Dhamantra, yaitu Rp 3,5 miliar.

Sisa commitment fee tersebut nantinya akan diserahkan apabila Surat Persetujuan Impor (SPI) dari Kementerian Perdagangan untuk pihak Chandry sudah terbit. 

https://nasional.kompas.com/read/2019/12/02/16021471/nyoman-dhamantra-dkk-diduga-bahas-suap-impor-bawang-putih-di-restoran

Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke