Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala BNPB: Gempa dan Tsunami Bencana yang Berulang

Kompas.com - 19/11/2019, 11:06 WIB
Dani Prabowo,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bencana yang datang silih berganti di sejumlah wilayah Tanah Air sepanjang tahun ini, menjadi pengingat bagi seluruh masyarakat untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan kesiap-siagaan dalam menghadapinya.

Sejumlah bencana, seperti gempa bumi dan tsunami, termasuk jenis bencana yang tak bisa diprediksi kedatangannya. Namun, dua bencana ini termasuk jenis bencana yang sifatnya memiliki periode pengulangan tertentu.

Sebagai contoh, gempa bumi bermagnitudo 7,1 yang terjadi di sebelah barat laut Jailolo, Maluku Utara pada 14 November lalu.

Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada saat itu bahkan sempat menyatakan gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami.

"Ternyata gempa yang sama juga pernah terjadi lima tahun lalu di tempat yang relatif tidak terlalu jauh," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo saat bertandang ke Menara Kompas, Jakarta, Senin (18/11/2019) sore.

Baca juga: Musim Hujan Datang, BNPB: Solusi Kekeringan tapi Bisa Berujung Banjir

Memang, gempa ini tidak menimbulkan korban jiwa secara langsung. Hanya, ia mendapat laporan bahwa ada seseorang yang meninggal dunia akibat serangan jantung pascagempa.

Sementara itu, kerusakan bangunan yang terjadi dinilai juga tidak terlalu parah.

"Tapi masyarakat di pulau-pulau kecil mengalami trauma karena guncangan yang dirasakan kuat, dan frekuensinya cukup tinggi. Hingga tadi pagi (kemarin) tercatat terjadi 87 kali (gempa susulan)," kata dia.

Sejauh ini, ia menambahkan, sudah ada beberapa duta besar negara sahabat yang menemuinya menawarkan bantuan berupa teknologi pendeteksi bencana.

Baca juga: Pergantian Musim, BNPB Minta Masyarakat Waspadai Bencana

Namun, hingga kini belum ada satu pun teknologi di dunia yang bisa memprediksi kapan gempa dan tsunami akan terjadi.

Lebih jauh, ia mengatakan, meski kedua bencana itu termasuk ke dalam jenis bencana yang berulang, masyarakat juga tak perlu memiliki kekhawatiran berlebihan.

Ada sejumlah langkah dan upaya yang bisa dilakukan untuk 'menghadapi' bencana tersebut. Misalnya, dengan meningkatkan vegetasi di sepanjang garis pantai.

"Vegetasi di sepanjang pantai itu sudah mulai kelihatan hasilnya. Kombinasi pohon bakau dan cemara udang, tak hanya membantu mengurangi abrasi tetapi juga dampak tsunami," ujarnya.

Baca juga: BNPB: 158 Titik Panas Masih Terdeteksi di Sumatera

Tsunami yang disebut Doni sebagai mesin pembunuh nomor dua terkuat setelah bom atom, memiliki kecepatan hingga 700 kilometer per jam.

Keberadaan vegetasi tak hanya memungkinkan untuk mengurangi kecepatan air, tetapi juga dapat menjadi shelter perlindungan bagi manusia.

Vegetasi, imbuh Doni, juga diklaim lebih murah bila dibandingkan dengan harus membangun konstruksi pemecah ombak atau shelter perlindungan tertentu di pantai.

"Karena tidak ada satu pun benteng buatan manusia yang bisa menghadapi tsunami. Giant sea wall di Jepang itu, ketika selesai dibangun dan terjadi tsunami, bahkan korbannya melebihi prediksi sebelumnya," ucapnya.

Kompas TV Badan Nasional Penanggulangan Bencana melaporkan aktivitas masyarakat terdampak gempa sudah berjalan normal pascagempa 7,1 M yang berpusat di Jailolo, Maluku Utara, Kamis (14/11/2019) malam. Sementara itu pendataan kerusakan masih dilakukan. Sejumlah warga korban gempa di Maluku Utara dan Sulawesi Utara yang sempat mengungsi saat ini telah kembali ke rumahnya. Meski demikian ada juga warga yang masih memilih tinggal di pengungsian karena khawatir terhadap gempa susulan. Sementara akibat gempa 2 warga di Ternate mengalami luka-luka. #BNPB #GempaBumi #MalukuUtara
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com