Salin Artikel

Kepala BNPB: Gempa dan Tsunami Bencana yang Berulang

JAKARTA, KOMPAS.com - Bencana yang datang silih berganti di sejumlah wilayah Tanah Air sepanjang tahun ini, menjadi pengingat bagi seluruh masyarakat untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan kesiap-siagaan dalam menghadapinya.

Sejumlah bencana, seperti gempa bumi dan tsunami, termasuk jenis bencana yang tak bisa diprediksi kedatangannya. Namun, dua bencana ini termasuk jenis bencana yang sifatnya memiliki periode pengulangan tertentu.

Sebagai contoh, gempa bumi bermagnitudo 7,1 yang terjadi di sebelah barat laut Jailolo, Maluku Utara pada 14 November lalu.

Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada saat itu bahkan sempat menyatakan gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami.

"Ternyata gempa yang sama juga pernah terjadi lima tahun lalu di tempat yang relatif tidak terlalu jauh," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo saat bertandang ke Menara Kompas, Jakarta, Senin (18/11/2019) sore.

Memang, gempa ini tidak menimbulkan korban jiwa secara langsung. Hanya, ia mendapat laporan bahwa ada seseorang yang meninggal dunia akibat serangan jantung pascagempa.

Sementara itu, kerusakan bangunan yang terjadi dinilai juga tidak terlalu parah.

"Tapi masyarakat di pulau-pulau kecil mengalami trauma karena guncangan yang dirasakan kuat, dan frekuensinya cukup tinggi. Hingga tadi pagi (kemarin) tercatat terjadi 87 kali (gempa susulan)," kata dia.

Sejauh ini, ia menambahkan, sudah ada beberapa duta besar negara sahabat yang menemuinya menawarkan bantuan berupa teknologi pendeteksi bencana.

Namun, hingga kini belum ada satu pun teknologi di dunia yang bisa memprediksi kapan gempa dan tsunami akan terjadi.

Lebih jauh, ia mengatakan, meski kedua bencana itu termasuk ke dalam jenis bencana yang berulang, masyarakat juga tak perlu memiliki kekhawatiran berlebihan.

Ada sejumlah langkah dan upaya yang bisa dilakukan untuk 'menghadapi' bencana tersebut. Misalnya, dengan meningkatkan vegetasi di sepanjang garis pantai.

"Vegetasi di sepanjang pantai itu sudah mulai kelihatan hasilnya. Kombinasi pohon bakau dan cemara udang, tak hanya membantu mengurangi abrasi tetapi juga dampak tsunami," ujarnya.

Tsunami yang disebut Doni sebagai mesin pembunuh nomor dua terkuat setelah bom atom, memiliki kecepatan hingga 700 kilometer per jam.

Keberadaan vegetasi tak hanya memungkinkan untuk mengurangi kecepatan air, tetapi juga dapat menjadi shelter perlindungan bagi manusia.

Vegetasi, imbuh Doni, juga diklaim lebih murah bila dibandingkan dengan harus membangun konstruksi pemecah ombak atau shelter perlindungan tertentu di pantai.

"Karena tidak ada satu pun benteng buatan manusia yang bisa menghadapi tsunami. Giant sea wall di Jepang itu, ketika selesai dibangun dan terjadi tsunami, bahkan korbannya melebihi prediksi sebelumnya," ucapnya.

https://nasional.kompas.com/read/2019/11/19/11062871/kepala-bnpb-gempa-dan-tsunami-bencana-yang-berulang

Terkini Lainnya

Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Nasional
KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

Nasional
Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Nasional
Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Nasional
Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Nasional
Pakar Hukum Dorong Percepatan 'Recovery Asset' dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Pakar Hukum Dorong Percepatan "Recovery Asset" dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Nasional
Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Nasional
Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Nasional
Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Nasional
TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

Nasional
Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Nasional
Pakar Hukum Duga Ada 'Orang Kuat' Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Pakar Hukum Duga Ada "Orang Kuat" Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Nasional
Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia 'The New Soekarno'

Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia "The New Soekarno"

Nasional
TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

Nasional
Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke