Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Budiman: Jika Referendum Dipaksakan, Kita Akan Menghadapi Balkanisasi

Kompas.com - 22/09/2019, 06:00 WIB
Kristian Erdianto,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Politikus PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko tidak sepakat dengan pilihan referendum atau hak menentukan nasib sendiri sebagai salah satu solusi dalam menangani masalah di Papua.

Budiman menilai, referendum justru akan menimbulkan perpecahan dan membuat Indonesia terbagi dalam suatu wilayah atau negara kecil yang selalu bertentangan.

Proses fragmentasi atau pembagian wilayah itu secara geopolitik dikenal dengan istilah Balkanisasi.

"Jika dipaksakan yang paling mungkin kita hadapi adalah balkanisasi. Konflik horizontal," ujar Budiman dalam sebuah acara debat dengan jurnalis sekaligus aktivis Dandhy Laksono di auditorium Visinema, Jakarta Selatan, Sabtu (21/9/2019).

"Konflik horizontal selalu menyisakan luka yang jauh lebih dalam daripada konflik vertikal," lanjut dia.

Baca juga: Kasus Makar yang Ditangani Polda Metro Jaya, dari Eggi Sudjana hingga Mahasiswa Papua

Budiman mencontohkan situasi saat Yugoslavia terpecah menjadi beberapa negara karena konflik antaretnis yang berkepanjangan pada awal 1990-an.

Yugoslavia yang tadinya menjadi salah satu negara yang berpengaruh di dunia, saat itu hingga sekarang terpecah menjadi beberapa negara kecil yang tak memiliki pengaruh.

"Hari ini, negara-negara pecahan Yugoslavia adalah negara yang insignifikan. Dulu mereka adalah salah satu penentu wajah dunia," kata Budiman.

Mantan aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD) itu mengakui bahwa Papua memang mengalami masalah kekerasan yang terjadi sejak masa Orde Baru.

Bahkan persoalan kekerasan belum tuntas hingga saat ini. Alih-alih referendum, Budiman memilih menggunakan pendekatan lain yang berpijak pada prinsip kemanusiaan.

Artinya, pemerintah harus memiliki andil untuk mencegah kekerasan kembali terjadi di Papua.

Baca juga: TNI: 3 Warga Puncak di Papua Tewas karena Peluru KKB

Pendekatan lainnya yakni terkait pemerataan pembangunan dan sektor pendidikan.

"Bagi saya, yang paling penting memperjuangkan kemanusiaan, mengalihkan ilmu pengetahuan, mengalihkan ekonomi, membagi pengetahuan," ujar Budiman.

Seperti diketahui, akhir-akhir ini muncul aksi unjuk rasa dari kalangan mahasiswa dan masyarakat Papua yang menuntut referendum.

Hal ini dipicu dari tindakan diskriminasi rasial dan kekerasan yang dialami mahasiswa asal Papua di Surabaya pada Agustus lalu.

Tuntutan referendum juga dilatarbelakangi oleh rasa ketidakadilan, kekerasan militeristis, dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang dialami masyarakat Papua. 

 

Kompas TV Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid menilai polisi berlebihan dengan memasukkan Veronica Koman ke dalam Daftar Pencarian Orang. Padahal Veronica diketahui keberadaannya di Australia. Usman Hamid menyebutkan Veronica juga menerima beasiswa dari Pemerintah Indonesia dan jelas keberadaannya sedang menjalani pendidikan di Australia. Menurut Usman seharusnya ada langkah lain yang bisa dilakukan. Misalnya dengan membuat <em>mutual legal assistant </em>antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia untuk memulangkan Veronica ke Indonesia. #AmnestyInternasional #VeronicaKoman #DPO
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian Hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian Hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Nasional
Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Nasional
KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor Sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor Sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Nasional
Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Nasional
Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Nasional
Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Nasional
Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com