JAKARTA, KOMPAS.com — "Lamun sira sekti, aja mateni". Demikian pepatah Jawa yang dikutip Presiden Joko Widodo, kemudian diunggah ke akun media sosialnya, mulai dari Twitter, Facebook, hingga Instagram, Sabtu (20/7/2019).
Pepatah Jawa itu ditampilkan dalam sebuah gambar bergerak berlatar belakang warna coklat yang menunjukkan adanya tokoh pewayangan sedang memberikan padi ke sosok petani.
"Zaman sudah semakin maju, tapi kita tetap mengingat pesan-pesan bijak dan agung para leluhur," tulis Jokowi dalam kolom caption.
Deputi IV Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Presiden (KSP) Eko Sulistyo menjelaskan, "lamun sira sekti, aja mateni" memiliki arti langsung "Meski Anda sakti, jangan membunuh".
"Bila dialihbahasakan, lamun sira sekti, aja mateni itu artinya, dia punya kekuasaan, tapi tidak lantas kemudian akan bertindak semena-mena," ujar Eko saat dihubungi, Senin (22/7/2019).
Baca juga: Cerita David Naif Bawa Gambar Jokowi-Prabowo Pelukan ke Istana Bogor
Apabila dikaitkan dengan konteks situasi politik hari ini, lanjut Eko, artinya Presiden Jokowi berikrar tidak akan bertindak semena-mena meskipun ia adalah pemenang Pilpres 2019. Presiden tidak merendahkan rivalnya yang kalah, Prabowo Subianto.
"Meskipun beliau sebagai pemenang, dia tidak merendahkan. Ini pesan moral dari nilai kepemimpinan Jawa," lanjut Eko yang dekat dengan Jokowi semenjak menjabat Wali Kota Solo tersebut.
Hal serupa disampaikan Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto. Menurut Hasto, Jokowi ingin menekankan bahwa sebagai pemenang pilpres, ia tidak akan berlaku sewenang-wenang menggunakan kekuasaannya.
"Ya lamun siro sekti ojo mateni itu artinya mengandung pesan-pesan kemanusiaan dari Presiden Jokowi. Bagaimanapun juga kekuasaan tidak boleh dipakai untuk menindas," kata Hasto.
Baca juga: Sodorkan Program Ini ke Jokowi, Prabowo Pilih Oposisi jika Ditolak
Hasto mengatakan, Indonesia beruntung memiliki seorang kepala negara yang memedomani nilai-nilai leluhur Jawa itu. Menurut dia, memang sudah seharusnya kekuasaan dipakai untuk merangkul seluruh elemen masyarakat.
"Kita belajar dari 32 tahun Pak Harto ketika kekuasaan dipakai dengan otoriter, dengan menggunakan segala daya upaya kesaktian negara, akhirnya rakyat mengambil sebuah langkah yang sangat tegas," kata Hasto.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.