Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wapres Sebut RI Butuh Kilang Minyak untuk Tekan Defisit Neraca Perdagangan

Kompas.com - 10/07/2019, 18:12 WIB
Rakhmat Nur Hakim,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan Indonesia memerlukan kilang baru untuk menekan defisit neraca perdagangan akibat tingginya impor BBM.

Hal itu disampaikan Kalla menanggapi teguran Presiden Joko Widodo kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan dan Menteri BUMN Rini Soemarno.

Ia mengatakan saat itu Presiden menegur Jonan dan Rini dalam Sidang Kabinet di Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat, Senin (8/7/2019).

Baca juga: Impor Sektor Migas Tinggi, Jokowi Tegur Jonan dan Rini

"Jadi ya tentu Presiden minta agar para menteri berusaha jangan mau impor yang banyak. Kalau tidak mau impor banyak maka produksi migas kita harus naikan. Ini juga cenderung migas turun, ini tugas Pertamina untuk meningkatkan produksi minyak itu, itu dibawah BUMN dan ESDM," ujar Kalla di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu (10/7/2019).

"Karena itu dibangun (Kilang). Kita sudah 25 tahun tidak membangun kilang, itu tanggung jawab Pertamina. Karena itu baru mulai dibangun sekarang di Balikpapan dan di Cilacap. Tapi tetap ada masalahnya yang tidak selesai. Karena itu perlu Pertamina cepat menyelesaikan itu," ujar Kalla lagi.

Dengan adanya kilang minyak baru diharapkan Pertamina bisa lebih banyak mengolah minyak mentah daripada langsung mengimpor barang jadi. Hal itu dapat menekan biaya impor untuk memenuhi konsumsi BBM masyarakat.

Selain itu, Kalla mengatakan, Pertamina perlu meningkatkan produksinya agar tak melulu defisit.

"Kalau konsumsi ya tentu bukan masalahnya menteri. Itu masalah Menteri ESDM dan BUMN itu ya meningkatkan produksi minyak, migas kita. Itu masalahnya. Supaya mengurangi impor dan juga bagaimana produksi kaya LPG," lanjut Kalla.

Jokowi sebelumnya menegur Jonan dan Rini karena impor yang tinggi di sektor minyak dan gas.

Baca juga: Jokowi Tak Hanya Tegur Jonan dan Rini, tapi Juga Siti Nurbaya dan Sofyan Djalil

Neraca Perdagangan Nilai impor Januari-Mei turun mencapai 9,2 persen dibanding tahun sebelumnya. Namun, Jokowi menilai angka tersebut belum memuaskan karena nilai impor masih tinggi.

"Coba dicermati angka-angka ini dari mana kenapa impor jadi sangat tinggi, kalau didetailkan lagi migasnya ini naiknya gede sekali," kata Jokowi.

"Hati-hati di migas Pak Menteri ESDM, yang berkaitan dengan ini. Bu menteri BUMN yang berkaitan dengan ini karena rate-nya yang paling banyak ada di situ," kata Kepala Negara. 

Kompas TV Presiden Joko Widodo memimpin rapat terbatas yang diikuti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bersama menteri kabinet kerja untuk membahas percepatan pembangunan Provinsi Jawa Tengah. Rapat terbatas digelar di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (9/7). Presiden yang didampingi oleh Wapres Jusuf Kalla menyebut Jawa Tengah memiliki kesempatan besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Jokowi mengatakan Jawa Tengah memiliki potensi industri yang berorientasi ekspor dan pariwisata. #AgendaJokowi #RatasJokowi #JokowiGelarRatas
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Nasional
'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

"Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

Nasional
Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

Nasional
Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com