Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PAN dan Demokrat Dinilai Tak Etis jika Bergabung dengan Koalisi Jokowi

Kompas.com - 23/05/2019, 22:47 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti departemen politik dan perubahan sosial dari lembaga CSIS Arya Fernandes mengatakan, wacana bergabungnya PAN dan Demokrat ke koalisi Joko Widodo-Ma'ruf Amin bakal memperkuat koalisi pemerintahan di parlemen.

Seperti diketahui PAN dan Demokrat pada Pilpres 2019 tergabung dalam koalisi pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Pasangan tersebut, menurut hasil rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) kalah suara dari Jokowi-Ma'ruf dalam kontestasi Pilpres 2019.  

Namun, menurut Arya, tak etis jika kedua partai tersebut memutuskan bergabung dengan koalisi Jokowi.

"Kalau Anda pada pemilihan presiden berbeda dengan Jokowi tiba-tiba Anda datang, dari sisi etika politik itu kan tidak etis, tidak positif," kata Arya saat ditemui di Populi Center, Jakarta, Kamis (23/5/2019).

Baca juga: KPU Tetapkan Hasil Pilpres 2019, SBY Sampaikan Sikap Demokrat Hari Ini

Arya mengatakan, putusan bergabungnya kedua parpol itu ada di tangan Jokowi. "Apakah dia ingin memperkuat Parlemen atau tidak," ujarnya.

Di sisi lain, PAN harus memiliki keuntungan jika bergabung dengan Jokowi. Partai yang terbentuk di era reformasi ini memiliki rencana politik lima tahun ke depan dan merasa keputusan dukungan terhadap  Prabowo-Sandiaga ternyata tidak berpengaruh pada peningkatan suara di Pemilu 2019.

Sedangkan untuk Demokrat, Arya menilai, jika partai tersebut bakal tak punya ruang untuk beraktualisasi jika tidak bergabung dengan koalisi Jokowi. Terutama untuk Komandan Kogasma Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Baca juga: Bertemu Jokowi, Ketum PAN Mengaku Tak Bahas soal Koalisi

"Tapi kalau dia (AHY) ada di dalam (pemerintah) jadi menteri dia punya aktualisasi politik yang tinggi dapat publikasi dikenal banyak orang lagi, kalau dia berada di luar kan dia enggak punya momentum berkreasi secara politik," pungkasnya.

Diketahui, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sudah dua kali melakukan pertemuan dengan presiden Joko Widodo.

Hal serupa juga dialami oleh Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan. Pertemuan tersebut membuat publik menduga PAN dan Demokrat akan merapat ke koalisi Joko Widodo.

Kompas TV Polda Metro Jaya menjadwalkan ulang pemeriksaan Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais pada Jumat besok. Amien Rais akan diperiksa sebagai saksi dari tersangka kasus makar Eggi Sudjana. #amienrais #eggisudjana #pan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com