Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selama 100 Tahun, Jumlah Orangutan Sumatera Turun 10 Kali Lipat

Kompas.com - 14/05/2019, 15:46 WIB
Dewantoro,
Rachmawati

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Berdasarkan hasil Population and Habitat Viability Assesment (PHVA) orangutan 2016, orangutan sumatera (Pongo abelii) tercatat sebanyak 14.470 individu tersebar di 52 meta populasi (kelompok terpisah/kantong populasi) dan 38 persen di antaranya diprediksi lestari dalam 100 -150 tahun mendatang.

Namun,100 tahun yang lalu jumlahnya orangutan sumatera 10 kali lipat atau sekitar 140.000 ekor.

Hal tersebut dikatakan Panut Hadisiswoyo, pendiri Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Centre (YOSL-OIC), saat konferensi pers dan rilis program NOWUC3 (Sekarang Anda Melihat Saya), Senin (13/5/2019) malam.

Baca juga: Penyelamatan Orangutan Bernama Riam dan Habitatnya yang Rusak di Ketapang

Ia menjelaskan, banyak faktor yang menyebabkan penurunan populasi orangutan yaitu mulai dari deforestasi (penebangan hutan) hingga ekspansi perkebunan, pertambangan, dan pembangunan lainnya.

"Atau misalnya pembangunan hidro dam, PLTA. Ini akan jadi ancaman terhadap orangutan. Artinnya kita perlu berusaha untuk mempertahankan habitatnya yang tidak banyak lagi tersisa," katanya.

Menurutnya, jumlah populasi tersebut adalah angka yang tersisa dan harus dipertahankan.

Namun secara umum, kepedulian masyarakat terdahap orangutan sangat rendah karena dianggap tidak ada keterkaitan dengan hidup orang banyak. Padahal, menurut Panut, berbicara penyelamatan orangutan sama halnya berbicara tentang upaya penyelamatan habitatnya.

"Habitat orangutan itu memberi banyak manfaat. Menjaga kelangsungan jasa ekosistem yang sangat penting," katanya.

Baca juga: Ketika Orangutan Tapanuli di Batang Toru Makan Durian dan Petai

Menurut Panut, pihaknya  akan terus berjuang meningkatkan kesadaran masyarakat, mengedukasi, mengajak untuk berbuat nyata dengan tidak merusak hutan, tidak menembaki orangutan, dan tak menganggapnya hama.

"Kolaborasi semua pihak menyelamatkan spesies ini sangat penting. Kita harus bisa berbagi ruang dengan mereka," ujarnya.

Dia mengaku heran ketika ada beberapa pihak yang menyebut kelompok yang menyuarakan penyelamatan hutan dianggap menghambat pembangunan.

"Itu tudingan kekanakan. Ketika menyuarakan kepentingan orangutan dianggap sebagai pembawa pesan pihak lain yang tak punya kepentingan. Toh pembangunan PLTA itu juga didorong oleh kepentingan perusahaan yang bukan dari Indonesia. Ketika menyuarakan orangutan kita, hutan kita, lalu dianggap menyuarakan kepentingan orang luar. Itu sama sekali tidak relevan," katanya.

Panut Hadisiswoyo (tengah) dalam diskusi dan launching NOWUC3 di Santika Dyandra Medan. Panut mengatakan, penyelamatan orangutan sama artinya dengan penyelamatan habitat dan jasa ekosistem.KOMPAS.com/Dewantoro Panut Hadisiswoyo (tengah) dalam diskusi dan launching NOWUC3 di Santika Dyandra Medan. Panut mengatakan, penyelamatan orangutan sama artinya dengan penyelamatan habitat dan jasa ekosistem.

Sementara itu, General Manager Hotel Santika Medan, Ariestra Prasetio mengatakan, program NOWUC3 (Sekarang Anda Melihat Saya) adal sebuah ajakan bersama YOSL-OIC dan Yayasan Ekosistem Lestari (YEL), untuk memperkaya informasi dan pengetahuan tentang orangutan.

"Jadi hari ini kita launching NOWUC3, artinya anda bisa melihat saya, tidak hanya ketika ada kabar penganiayaan atau kematian orangutan," katanya.

Baca juga: 5 Fakta Penyelundupan Bayi Orangutan oleh WN Rusia di Bali, Dimasukan ke Dalam Koper hingga Dibius dengan CTM

Dia menambahkan, Santika Indonesia memiliki 110 jaringan hotel dan resort, 117 ribu corporate account, 120 ribu tamu per tahun atau 92 ribu kamar terjual per tahun. Serta aplikasi MValue yang merupakan program rewards berbasis digital group Kompas Gramedia,

Santika Premiere Dyandra Hotel & convention Medan akan menggunakan seluruh sumber dan jaringan yang cukup besar tersebut untuk mendukung jerih payah YOSL-OIC dan YEL untuk menyokong kehidupan orangutan.

"Dalam hal ini Santika Dyandra Medan menginisiasi agar jaringan Santika Indonesia untuk peduli kepada orangutan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pabrik Bata Tutup, Jokowi: Usaha Itu Naik Turun, karena Efisiensi atau Kalah Saing

Pabrik Bata Tutup, Jokowi: Usaha Itu Naik Turun, karena Efisiensi atau Kalah Saing

Nasional
KPU Ungkap Formulir C.Hasil Pileg 2024 Paniai Dibawa Lari KPPS

KPU Ungkap Formulir C.Hasil Pileg 2024 Paniai Dibawa Lari KPPS

Nasional
Soal 'Presidential Club' Prabowo, Bamsoet Sebut Dewan Pertimbangan Agung Bisa Dihidupkan Kembali

Soal "Presidential Club" Prabowo, Bamsoet Sebut Dewan Pertimbangan Agung Bisa Dihidupkan Kembali

Nasional
KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

Nasional
KPU Ungkap 13 Panitia Pemilihan di Papua Tengah yang Tahan Rekapitulasi Suara Berujung Dipecat

KPU Ungkap 13 Panitia Pemilihan di Papua Tengah yang Tahan Rekapitulasi Suara Berujung Dipecat

Nasional
Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen, Jokowi: Negara Lain Masuk Jurang, Kita Naik

Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen, Jokowi: Negara Lain Masuk Jurang, Kita Naik

Nasional
Eks Anak Buah SYL Beri Tip untuk Paspampres, Gratifikasi Disebut Jadi Kebiasaan

Eks Anak Buah SYL Beri Tip untuk Paspampres, Gratifikasi Disebut Jadi Kebiasaan

Nasional
TPN Resmi Dibubarkan, Hasto Tegaskan Perjuangan Tetap Dilanjutkan

TPN Resmi Dibubarkan, Hasto Tegaskan Perjuangan Tetap Dilanjutkan

Nasional
Kelakar Jokowi soal Kemungkinan Pindah Parpol Usai Tak Dianggap PDI-P

Kelakar Jokowi soal Kemungkinan Pindah Parpol Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
 Gerindra Sebut Indonesia Negara Besar, Wajar Kementerian Diperbanyak

Gerindra Sebut Indonesia Negara Besar, Wajar Kementerian Diperbanyak

Nasional
Satu Pejabat Pemprov Malut Jadi Tersangka Baru Kasus Gubernur Abdul Ghani Kasuba

Satu Pejabat Pemprov Malut Jadi Tersangka Baru Kasus Gubernur Abdul Ghani Kasuba

Nasional
RI Ajukan Penyesuaian Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae ke Korsel, Kemenhan Jelaskan Alasannya

RI Ajukan Penyesuaian Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae ke Korsel, Kemenhan Jelaskan Alasannya

Nasional
 Prabowo Disebut Ingin Tambah Jumlah Kementerian, Jokowi Klaim Tak Beri Masukan

Prabowo Disebut Ingin Tambah Jumlah Kementerian, Jokowi Klaim Tak Beri Masukan

Nasional
Menag Bertolak ke Arab Saudi Cek Persiapan Ibadah Haji untuk Jemaah Indonesia

Menag Bertolak ke Arab Saudi Cek Persiapan Ibadah Haji untuk Jemaah Indonesia

Nasional
Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang 'Toxic', Jokowi: Benar Dong

Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang "Toxic", Jokowi: Benar Dong

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com