Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Irwan Suhanda
Editor dan Penulis

Editor dan Penulis

Megalomania

Kompas.com - 21/04/2019, 08:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tersebutlah seorang pemimpin dari negeri pelangi. Seorang pemimpin yang suka meninggikan dirinya sendiri. Pamer kuasa bak seorang raja. Senang disanjung, dipuja, dan dipuji.

Orang-orang terus memuliakannya. Tak heran kalau pemimpin ini begitu angkuh dan arogan. Tak seorang pun berani mengkritik, apalagi mencela.

Tanpa disadari, pemimpin ini tampak hanya mementingkan kemuliaan dirinya saja. Sebaliknya, simpatisannya diabaikan.

Megalomania

Perilaku pemimpin tersebut menunjukkan seorang pemimpin yang mengidap megalomania. Megalomania sejenis gangguan mental yang membuat pengidapnya selalu membesarkan dirinya secara berlebihan sehingga tertanam pada dirinya paling hebat, paling unggul, paling berkuasa. 

Pengidap megalomania selalu ingin dihormati dan disanjung. Sebaliknya, tidak mau dikritik atau dicela. Menghadapi pengidap megalomania memang harus ekstra hati-hati.

Ciri-ciri megalomania

Cirinya yaitu suka memandang dirinya berlebihan, merasa superioritas, selalu ingin jadi pemimpin yang senang disanjung, ingin dihormati, menganggap dirinya paling benar, haus kekuasaan, menolak kritik,  ego tinggi, suka meremehkan orang lain, sombong, arogan, emosional.

Gangguan kepribadian

Pengidap megalomania bisa jadi punya gangguan kepribadian. Pendiri aliran psikoanalisis Sigmund Freud (1856-1939) mengatakan bahwa megalomania termasuk narcissistic  (narsisistik),  mengagungkan diri sendiri secara berlebihan.

Rita L. Atkinson dkk dalam buku Pengantar Psikologi (1993:281)  menyebutkan bahwa megalomania termasuk narcissistic personality disorder (gangguan kepribadian narsisistik).

Gangguan kepribadian ini menggambarkan pengidap megalomania sebagai orang yang mempunyai ambisi pribadi yang melambung tinggi yang dipenuhi dengan khayalan-khayalan sukses. Selain itu, selalu mencari pujian dan perhatian. Tidak peka terhadap kebutuhan orang lain, malahan sering mengeksploitasinya. 

Tak bisa disembuhkan

Menurut pakar psikologi politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk (Tempo.com, 24 Juli 2014, Muhammad Muhyiddin) mengatakan bahwa pengidap megalomania tak bisa disembuhkan.

Alasannya, pengidap megalomania sulit menerima kenyataan yang terjadi pada dirinya. Misalnya kalah dalam pertandingan, tak begitu saja diterimanya. Malah menuduh pihak lain yang bermain curang terhadap dirinya. Kalaupun tetap dianggap kalah, pengidap megalomania merasa dirinya dizalimi.

Dengan demikian, pengidap megalomania tidak berjiwa besar, karena kebenaran hanya ada pada dirinya sendiri. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Nasional
Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com