Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agama untuk Pemilu Berjalan Damai, Jangan Pakai Sebarkan Kebencian

Kompas.com - 04/04/2019, 18:43 WIB
Christoforus Ristianto,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) sekaligus pengamat politik Ujang Komarudin menilai, agama sejatinya menjadi keselamatan di tengah masa Pemilu 2019, bukan menjadi alat untuk menyebar kebencian dan politik.

"Agama itu menjadi keselamatan untuk menjaga pemilu berjalan dengan damai. Maka, jangan gunakan agama dan simbol-simbolnya untuk menyebar kebencian, tuduhan, dan fitnah untuk tujuan politik," ujar Ujang dalam diskusi bertajuk "Pilpres dan Politisasi Simbol Agama" di Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (4/4/2019).

Baca juga: Bawaslu: Pemilu Damai Itu yang Gembira, Kurangi Kampanye Hitam

 

Ia menyayangkan masih adanya simbol agama yang digunakan untuk menyebar kebencian dan politik, seperti tidak adanya adzan, zikir, dan tahlil jika pasangan calon tertentu kalah atau menang di Pilpres 2019.

Adanya hoaks tersebut terjadi ke kedua paslon, baik Joko Widodo-Ma'ruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Simbol-simbol tersebut, lanjutnya, sangat disayangkan terjadi. Masyarakat pun dinilai masih belum bisa membedakan mana fakta dan fiksi.

Baca juga: Tokoh Lintas Agama Ikrar 3 Poin Pemilu Damai 2019

 

Maka dari itu, dibutuhkan integritas peserta pemilu yang fokus dalam memaparkan visi dan misi, bukan justru ikut dalam permainan oknum tertentu yang ingin memecah persatuan masyarakat.

"Ketika agama dipoles menjadi alat legitimasi, terjadi polarisasi antara kedua kubu paslon yang saat ini maju menjadi capres dan cawapres. Ini pemilu tergaduh yang pernah saya lihat," paparnya.

Agama itu, seperti diungkapkan Ujang, seharusnya menjadi sumber inspirasi dan ideologi. Hoaks, lanjutnya, berkembang karena agama tidak dijadikan dasar untuk menengahi polemik politik yang terjadi.

Kompas TV Kurang dari 2 pekan lagi masyarakat Indonesia akan merayakan pesta demokrasi dengan menjalani pemilihan umum. Namun semakin dekat ke hari pencoblosan suhu dan tensi politik pun makin memanas. Hal ini membuat sejumlah kalangan merasa prihatin. Seruan pemilu aman dan damai pun terus digemakan. Tak terkecuali oleh para seniman mural dari Jawa Timur dan Jawa Tengah yang turut mengekspresikkan pesan damai pemilu dalam karya lukisan mereka yang dipamerkan di sudut Jalan Pemuda, Surabaya, Rabu (3/4/2019) sore. Para seniman ini menuangkan cat berwarna warni pada lukisannya sebagai simbol perbedaan pilihan namun tetap satu jua. Tak hanya itu mereka juga melukiskan tokoh pewayangan punakawan yang memiliki arti kerakyatan dan kesederhanaan dalam menjaga persatuan di tanah air. Dalam lukisan ini juga digambarkan mulai proses kampanye hingga pencoblosan dengan menyertakan tulisan anti-hoaks dan anti-sara. Dalam aksi ini para seniman sesungguhnya ingin menyampaikan pesan kepada warga pentingnya menjaga persatuan dan keutuhan bangsa indonesia dibanding berseteru dan terpecah hanya karena perbedaan pilihan. Para pelukis ini juga ingin menyampaikan siapa pun presiden yang terpilih nanti itulah yang terbaik untuk bangsa ini. #PemiluDamai #Mural #Surabaya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Nasional
Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Nasional
Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Nasional
Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Nasional
Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Nasional
KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

Nasional
KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com