Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temuan DPT Tak Wajar: Ribuan Orang di Satu KK Hingga Pemilih yang Belum Lahir

Kompas.com - 13/03/2019, 22:46 WIB
Jessi Carina,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi II DPR Ahmad Riza Patria menunjukan contoh data-data tidak wajar yang ditemukan dalam daftar pemilih tetap (DPT). Data ini disampaikan dalam rapat Komisi II bersama Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (13/3/2019).

Data yang dibawa Riza adalah hasil penelusuran Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga. Riza sendiri merupakan politisi Partai Gerindra yang juga juru bicara BPN Prabowo-Sandiaga.

"Temuan kami, ada satu KK berisi 440 pemilih. Apa iya satu KK diisi ratusan orang?" ujar Riza.

"Ada juga yang sampai 1.826 pemilih di satu KK di Majalengka," tambah dia.

Riza mengatakan BPN Prabowo-Sandiaga sempat mengecek ke lapangan mengenai data tersebut. Ternyata, KK yang dimaksud hanya beranggota dua orang. Sisanya ada yang sudah meninggal dan ada yang salah input.

Baca juga: Kemendagri Bantah BPN Prabowo-Sandiaga soal DPT Tak Wajar, Ini Penjelasannya...

Ini merupakan salah satu temuan data tidak wajar yang ditemukan BPN Prabowo-Sandiaga. Kemudian, ada data yang menunjukan jumlah pemilih berusia di atas 90 tahun, di bawah 17 tahun, dan bahkan belum lahir. DPT pemilih yang belum lahir memiliki tahun kelahiran di atas tahun 3000.

Riza juga menunjukan data berisi rentetan nama pemilih yang memiliki alamat, tanggal lahir, dan NIK yang sama. Dia mengatakan ini adalah bukti bahwa data ganda masih ada.

Riza mengatakan semua temuan ini penting untuk diperbaiki. Dia meminta agar temuan ini tidak pandang sebagai upaya mendeligitimasi KPU. Apalagi jika langsung dituding hoaks. Menurut Riza, ini merupakan pekerjaan rumah puluhan tahun yang sedikit demi sedikit harus diselesaikan.

"Jangan kalau ada informasi ini disebut hoaks, deligitimasi pemilu, tidak," kata Riza.

Baca juga: Menyoal 17,5 Juta Pemilih Tak Wajar yang Dipertanyakan Timses Prabowo-Sandiaga

Ketua KPU Arief Budiman menjawab singkat soal temuan ini. Arief mengatakan data temuan itu sudah diterima oleh KPU. Saat ini KPU masih menelusuri temuan tersebut.

"Kami sudah menindaklanjuti cuma memang belum selesai. Jadi ini masih on going," ujar Arief.

Sebelumnya, sejumlah petinggi BPN Prabowo-Sandiaga mendatangi kantor KPU, Senin siang. Kehadiran mereka itu untuk mempertanyakan dugaan data tidak wajar dalam DPT Pemilu 2019.

Menurut hasil pencermatan tim IT BPN, ada sekitar 17,5 juta data pemilih yang diduga tak wajar. Pencermatan dilakukan tim BPN berdasar DPT hasil perbaikan II (DPThp) yang dirilis KPU 15 Desember 2018.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com