Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wapres Kalla Minta Pengiriman TKI Tanpa Keahlian Dibatasi

Kompas.com - 06/03/2019, 15:20 WIB
Rakhmat Nur Hakim,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla menginginkan adanya pembatasan pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) tanpa keahlian.

Hal itu disampaikan Kalla saat membuka Kongres Asosiasi Pendidikan Masyarakat Indonesia (Apenmasi) di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Rabu (6/3/2019).

"Kami selalu ingin membatasi (mengirim TKI tanpa keahlian), karena juga martabat bangsa, tidak lagi mengirim tenaga pembantu rumah tangga kerja di luar negeri. Gajinya pasti lebih rendah dibanding yang mempunyai skill," ujar Kalla.

Baca juga: Wapres Kalla Minta Guru di Desa Perbaharui Kompetensi

Hal itu, kata Kalla, juga sesuai dengan rencana pemerintah menggenjot pembangunan SDM setelah membangun infrastruktur secara masif.

Karena itu, ia menginginkan Apenmasi turut memikirkan penyediaan fasilitas pendidikan yang bertujuan meningkatkan keahlian pekerja di masing-masing sektor.

Apenmasi juga diharapkan turut menyediakan fasilitas pendidikan seperti itu di daerah-daerah yang belum banyak tersentuh pendidikan formal. Dengan demikian, kata Kalla, masyarakat di daerah tersebut memiliki keahlian yang siap digunakan di dunia kerja.

Baca juga: TKI Alami Recycle Trafficking: KDRT di Daerah Asal, Dihukum Mati di Luar Negeri

"Tahun ini pemerintah memutuskan untuk program utamanya adalah meningkatkan mutu SDM. Dengan cara vokasi, dengan cara mendidik untuk meningkatkan skill lapangan kerja," ujar Kalla.

"Jadi masuklah ke daerah-daerah yang akses pendidikannya sulit dicapai pendidikan formal, untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat (secara) nonformal, juga pendidikan-pendidikan lainnya yang berkeahlian," lanjut dia.

Kompas TV Diah Anggraeni, seorang Tenaga Kerja Indonesia asal Kota Malang yang dikabarkan hilang di Jordania selama 13 tahun akhirnya kembali pulang.Selama 13 tahun bekerja di Aleppo, Diah mengaku sangat ingin pulang. Namun, majikan tempat ia bekerja tidak memberikan izin hingga akhirnya melarikan diri, lalu melapor ke KBRI. Tiba di rumahnya di Jalan Kebalen, kedatangan Diah didampingi oleh perwakilan pemerintah Kota Malang dan Kepala Pos Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (P4TKI). Meski sempat pingsan saat bertemu ibunya, Diah mengaku bersyukur bisa kembali pulang dan tidak akan kembali bekerja ke luar negeri. Selain itu, Kepala P4TKI, Muhammad Iqbal, mengatakan proses pemulangan TKW ini tergolong cepat, hanya memakan waktu tiga bulandan relatif tidak ada kendala.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com