JAKARTA, KOMPAS.com — Hoaks atau berita bohong yang marak jelang Pilpres 2019 membuat kelompok relawan pendukung pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin berupaya menangkalnya.
Berbagai macam mereka lakukan, salah satunya dengan pendeteksian melalui media sosial analitis (social media analytics) yang dilakukan The Jokowi Center. Ahli teknologi informasi The Jokowi Center, Akhmadi mengemukakan, pihaknya memiliki tim untuk mendeteksi hoaks di media sosial yang menyerang pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Baca juga: VIDEO: Hoaks atau Fakta Sepekan 18-23 Februari 2019
Pendeteksian tersebut dilakukan dengan menggunakan aplikasi khusus untuk menelusuri berbagai postingan di media sosial.
"Kami melakukan pendeteksiannya dengan menggunakan media sosial analisis. Kami analisis dulu semuanya dengan tim, baru kemudian ketahuan ini hoaks atau bukan," kata Akhmadi dalam sebuah diskusi di Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (23/2/2019).
Ia menjelaskan, awalnya pendeteksian hoaks dilakukan dengan menelusuri data atau postingan yang cenderung negatif di media sosial atau dikenal dengan istilah data crawling.
Tim pendeteksi menelesuri ribuan bahkan jutaan postingan bernada negatif di Facebook, Twitter, Instagram, blog, hingga portal berita online.
Menurut Akhmadi, umumnya hoaks bermula dari postingan atau narasi negatif.
"Hoaks biasanya dibangun dari narasi yang negatif. Maka, kami bisa lihat yang negatif," katanya.
Baca juga: Hoaks Sepekan, Jokowi Pakai Alat Saat Debat hingga Tilang Libatkan FBI-CIA
Setelah data dikumpulkan, tim kemudian melakukan analisis untuk melihat apakah materi atau isi dari yang disebarkan itu merupakan berita bohong.
Analisis dilakukan dengan melakukam verifikasi dengan data dan fakta yang ada. Setelah itu hasil analisis akan dipublikasikan melalui situs The Jokowi Center.
"Kemudian data itu kami analisis. Dari postingan yang negatif ini ada berapa yang hoaks," ujar Akhmadi.
Tidak hanya menganalisis, aplikasi yang digunakan The Jokowi Center juga bisa mendeteksi pihak-pihak yang pertama kali membuat hoaks. Namun, Akhmadi mengakui hal itu tidak mudah untuk dilakukan sebab pengguna internet saat ini bisa memalsukan Internet Protocol Address atau alamat IP. Dengan demikian, komputer yang digunakan dalam jaringan internet sulit diidentifikasi.
"Kita bisa juga melihat siapa influencer-nya, siapa yang pertama kali membuat postingan. Itu bisa diketahui," ucap Akhmadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.