Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Debat Pilpres Dinilai Berpotensi Tak Menarik

Kompas.com - 11/01/2019, 08:25 WIB
Devina Halim,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menilai debat Pemilihan Presiden 2019 berpotensi tidak menarik untuk disaksikan.

Hal itu dikarenakan berbagai batasan-batasan yang ditetapkan dalam debat tersebut, mulai dari adanya kisi-kisi hingga tak adanya pertanyaan secara spesifik mengenai kasus-kasus tertentu.

Zuhro mengibaratkan pada debat pilpres kali ini, para peserta dan panelis menggunakan kacamata kuda, sehingga pandangan dalam membahas topik yang didiskusikan menjadi terbatas.

"Itu namanya, kisi-kisi itu pagar-pagar. Artinya kayak dikasih kacamata kuda, itu enggak asyik menurut saya," ujar Zuhro saat ditemui di sebuah acara diskusi di kawasan Jakarta Timur, Kamis (10/1/2019).

Baca juga: BPN Prabowo-Sandiaga Minta Relawan Gelar Nonton Bareng Debat Capres

Sebelumnya, ahli hukum dari Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) sekaligus salah satu panelis, Bivitri Susanti, mengatakan, para panelis tidak akan mengajukan pertanyaan spesifik terkait kasus hukum, HAM, korupsi dan terorisme, pada debat pertama.

Padahal menurut Zuhro, akan lebih asyik jika debat mengalir begitu saja. Seharusnya, kata Zuhro, calon pemimpin dibiarkan menjabarkan segala sesuatunya dari segi positif maupun negatifnya.

Ia pun mencontohkan kasus serangan terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan, yang seharusnya bisa dijelaskan oleh Jokowi sebagai petahana.

Jokowi, kata Zuhro, mestinya dapat menerangkan yang telah dilakukannya dan kendala dalam menangani kasus Novel.

"Kalau Pak Jokowi kan sudah pemimpin, mencalonkan kembali, 'Ini loh kehebatan saya, saya sudah mimpin, ini oke, ini ada wujudnya, di sini kita kurang, ini kendalanya', kan asyik," jelas Zuhro.

Baca juga: 5 Fakta tentang Debat Pilpres yang Perlu Diketahui

Dengan begitu, ciri khas dari masing-masing calon pemimpin akan terlihat oleh publik. Namun, jika terlalu banyak pagar-pagar yang ditancapkan, Siti menilai itu sebagai bentuk pembodohan publik.

"Saya lebih seneng orang gentle. Jangan ini di-block, itu di-block, itu pembodohan," tutur dia.

Menurutnya, hal itu juga memiliki dampak negatif terhadap Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan akhirnya berpotensi membuat masyarakat menjadi tak tertarik untuk menyaksikan debat tersebut.

Debat perdana Pilpres 2019 yang digelar KPU pada Kamis, 17 Januari 2019 akan dibagi ke dalam enam segmen. Tema yang akan dibahas terkait korupsi, HAM, penegakan hukum, dan terorisme. 

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 6 Panelis Debat Pilpres Pertama 2019

Kompas TV Calon Presiden dan Wakil Presiden Nomor Urut 02, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono. Prabowo tidak banyak menceritakan soal isi pertemuan di rumah SBY. Tidak ada pernyataan bersama dari Prabowo dan SBY seusai pertemuan tadi. Prabowo sebelum meninggalkan rumah SBY dari dalam mobilnya sempat memberikan keterangan kepada wartawan yang menunggunya. Sementara Sandiaga Uno menolak memberikan komentar soal pertemuan dengan SBY tadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com